EDISI.CO – Pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS hari ini, Kamis (2/6/2022) memprakirakan akan berada di rentang Rp14.400 hingga Rp14.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia (BI) memperkirakan dolar AS berada di jalur penguatan. Indeks Harga Konsumen pada Mei 2022 diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,41 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa laju inflasi tersebut melandai jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,95 persen mtm. Secara tahunan, Josua memperkirakan inflasi mencapai 3,56 persen (year-on-year/yoy).
“Secara umum, seluruh komponen inflasi cenderung melandai pada Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” katanya dilansir dari Bisnis, Senin (30/5/2022).
Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perkiraan nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh kondisi fundamental yang cukup baik, serta langkah-langkah stabilisasi yang terus dilakukan oleh bank sentral.
“Secara keseluruhan, rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun ini kisarannya Rp14.300 hingga Rp14.700 dan tahun depan kisarannya Rp14.400 hingga Rp14.800 per dolar AS,” kata Perry, Selasa (31/5/2022).
Adapun, perkiraan rupiah tersebut sejalan dengan kondisi global yang masih menghadapi ketidakpastian yang tinggi.
Di sisi lain, dolar AS menguat terhadap euro pada akhir perdagangan Rabu (1/6/2022) waktu setempat, ditopang oleh data ekonomi AS yang optimistis.
baca juga: Rupiah Menguat Rp14.566 Terhadap Dolar AS
Dolar sekitar 0,8 persen lebih tinggi terhadap euro, memperpanjang kenaikan Selasa (31/5/2022), setelah data pada Rabu (1/6/2022) menunjukkan aktivitas manufaktur AS meningkat pada Mei karena permintaan barang tetap kuat, yang dapat menghilangkan kekhawatiran resesi akan segera terjadi. Secara terpisah, lowongan pekerjaan AS turun pada April tetapi tetap pada level yang sangat tinggi.
“Sementara pembukaan pekerjaan utama dan tingkat berhenti bekerja tetap dekat dengan level rekor, di bawah permukaan ada tanda-tanda yang jelas bahwa kekurangan tenaga kerja berkurang di sektor yang paling terpukul,” Michael Pearce, ekonom senior AS di Capital Economics, mengatakan dalam sebuah catatan, mengutip Antara.
“Itu memberikan beberapa dukungan untuk gagasan bahwa resesi tidak diperlukan untuk kondisi pasar tenaga kerja menjadi normal,” kata Pearce.
Data positif AS memberikan lebih banyak tekanan pada euro, yang telah menahan kerugian menyusul data Selasa (31/5/2022), yang menunjukkan inflasi konsumen zona euro melonjak ke rekor tertinggi.
“Dolar telah didorong lebih tinggi sejak liburan akhir pekan, menemukan dukungan dari kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah, sementara yang lain mencari keamanannya dari memburuknya inflasi global,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.(*)