EDISI.CO – Kementerian Luar Negeri Indonesia buka suara terkait laporan 149 buruh migran asal RI yang tewas di tahanan imigrasi Sabah, Malaysia.
Kemlu mengaku sudah mendapatkan laporan dari Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) soal TKI yang disebut meninggal dan beberapa lainnya mengalami penganiayaan di rumah tahanan imigrasi di Sabah.
“Kementerian Luar Negeri memandang serius laporan tersebut dengan segera menindaklanjutinya kepada otoritas dan pihak terkait,” demikian pernyataan Kemlu di situs resminya pada Selasa (28/6).
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, juga memastikan perwakilan RI di Malaysia akan menelusuri dan meminta penjelasan dari otoritas setempat.
baca juga: SAR Temukan Bagian Tubuh Korban Feri Dumai Line 5 yang Terbakar, Diduga Ade Saputra
“Perwakilan RI di Sabah, yaitu KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau akan bertemu Pengarah Jabatan Imigresen Negeri Sabah pada hari ini. Pertemuan dimaksudkan untuk meminta keterangan dan kejelasan atas temuan KBMB, sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam melindungi WNI/PMI di wilayah Sabah,” katanya.
Jika nantinya data ini terkonfirmasi, pemerintah akan melakukan tindak lanjut secara bilateral.
Kemlu merilis pernyataan ini setelah KBMB melaporkan sebanyak 149 buruh migran Indonesia tewas di Pusat Tahanan Imigrasi (DTI) di Sabah, Malaysia.
Data itu mereka dapat dari Kedutaan Malaysia di Jakarta. Secara rinci, sebanyak 101 warga negara Indonesia (WNI) meninggal pada 2021. Pada Januari hingga Juni 2022, 48 WNI meninggal di seluruh DTI di Sabah.
KBMB membeberkan beberapa buruh migran tewas karena minim perawatan. Mereka yakni Nathan dan Aris.
Nathan merupakan buruh migran yang mengalami disabilitas tunawicara dan down syndrome. Kondisi dia terus memburuk usai ditahan di DTI Tawau.
Saat nyaris tak bergerak, baru lah pihak imigrasi membawa dia ke rumah sakit. Namun, nyawa Nathan tak tertolong.
Sementara itu, Aris mengeluh sakit hingga pingsan beberapa kali sebelum dilarikan ke rumah sakit. Namun, ia juga tak terselamatkan.
Menanggapi laporan itu, Duta Besar Indonesia di Kuala Lumpur, Hermono, membantah ada penyiksaan di DTI. Ia hanya membenarkan bahwa banyak WNI yang sakit kulit karena kekurangan air dan sabun mandi.(*)