EDISI.CO, KESEHATAN– Dukungan UMKM memiliki peran penting dalam upaya menghadirkan kemandirian kesehatan di Indonesia. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat meresmikan fasilitas produksi dan peluncuran perdana alat kesehatan elektromedik Mindray produksi dalam negeri di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah pada Sabtu (27/8/2022).
”Saya terima kasih kepada D&V medika yang sudah melakukan langkah yang besar, baru mulai komitmen pada Desember tapi sekarang sudah produksi mulai produksi. Memang ini start small, tidak apa-apa. Kita harapkan ini terus berkembang,” kata Budi seperti termuat dalam laman kemkes.go.id.
Baca juga: GeNose C19 UGM akan Menjangkau Lebih Banyak Deteksi Penyakit
Kolaborasi seperti ini diharapkan menjadi contoh bagi produsen lainnya untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dengan produsen yang memiliki teknologi tinggi, dengan demikian akan terjadi transfer teknologi mengenai teknik-teknik produksi, management produksi hingga proses distribusi yang lebih baik.
Selain meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi alkes dalam negeri, Menkes juga meminta agar belanja alat kesehatan dalam negeri dimaksimalkan. Komitmen ini sejalan dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 dalam rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
”Kemenkes berkomitmen dari Rp38 triliun anggaran belanja barang tahun ini, sekitar Rp19 triliun (42%) saya minta belanjanya dalam negeri. Sampai Agustus kemarin sudah terealisasi 4 triliun, sampai akhir tahun kita harapkan bisa terealisasi 100 persen,” ungkap Budi.
Baca juga: Alat Skrining Virus Covid-19 GeNose UGM Diminati 4 Negara Tetangga
Progres realisasinya, imbuh Menkes, akan di monitor langsung oleh Presiden Joko Widodo setiap tiga bulan.
”Tahun depan Bapak Presiden minta belanja produk lokal naik ke 95%, kami berharap kedepan lebih banyak industri kesehatan yang bisa memproduksi alat kesehatan di dalam negeri dengan komponen lokal yang tinggi,” pungkasnya.
Budi melanjutkan, Kemenkes menargetkan 60 persen produksi alat kesehatan dalam negeri dapat menggunakan komponen lokal. Target tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa alat kesehatan di Indonesia, baik yang sudah jadi maupun bahan bakunya masih di dominasi impor.
Di tahun 2019-2020 lalu, transaksi alkes impor mencapai 88 persen sementara untuk produk lokal hanya berkisar 12 persen. Padahal dari total 496 jenis alkes yang ditransaksikan di kurun waktu 2019-2020 tersebut, ada 152 alkes yang sebenarnya mampu diproduksi sendiri.
Baca juga: AMR jadi Silent Pandemic
Rendahnya penggunaan alkes produk lokal ini ditengarai keterbatasan teknologi dan implementasi regulasi penggunaan produk dalam negeri.
Pemerintah kemudian mencanangkan transformasi kesehatan yang fokus pada 6 pilar. Sektor farmasi dan alat kesehatan masuk dalam pilar ketiga, yakni transformasi ketahanan sistem kesehatan yang salah satu fokusnya adalah mendorong pengembangan alat kesehatan produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan produk kesehatan impor.
Melalui transformasi ini, lanjut Menkes. Perlahan Indonesia mampu memproduksi alat-alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kendati baru mampu menghasilkan alat-alat kesehatan berteknologi rendah, Menkes berharap industri kesehatan Indonesia terus berkembang, sehingga nantinya mampu memproduksi alkes berteknologi tinggi.
”Sekarang kita udah mulai, semua alkes kalau bisa diproduksi di dalam negeri. Ini salah satu inisiatifnya mulai dari tempat tidur, infuse pump, meja bedah, bed monitor. Dulu bayangkan masker dan APD aja susah. Untuk itu, kita bangun ini pelan-pelan,” ujar Menkes.