EDISI.CO, BATAM– Massa aksi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Batam telah terlihat di kawasan Panbil Mall, Kecamatan Sungai Beduk, Batam pada Selasa (6/9/2022) pagi, sekitar pukul 08.40 WIB.
Mereka rencananya akan mulai bergerak ke depan Kantor Pertamina Kepri di Batam Centre, Batam pada pukul 10.00 WIB.
Baca juga: Akses Bantuan Subsidi Energi dan Potensi Maladministrasi Subsidi BBM ini
“Masih nunggu rombongan,” kata salah satu peserta aksi yang ada di lokasi meeting point ini.
Beberapa mobil dengan spanduk federasi serikat buruh sudah nampak di lokasi. Mobil komando dengan bendera dan pengeras suara juga sudah ada dan mendengungkan musik.
Pemotor yang bergabung juga mulai terlihat, mereka datang dengan rombongan dan membawa bendera sebagai identitas serikat yang menaungi mereka.
Kondisi ini nampak belum mempengaruhi aktivitas pengguna jalan yang terlihat lancar, meskipun mulai ada kepadatan.
Demo oleh buruh di Kota Batam ini, rencananya akan lebih dari sekedar menyuarakan perihal dampak turunan dari kenaikan BBM ini.
Seperti termuat dalam laman kumparan.com edisi 5 September 2022 kemarin, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Batam, dalam petisi yang beredar memaparkan lima alsan penolakam kenaikan BBM ini. Diantaranya:
- Kenaikan harga BBM akan mengakibatkan lonjakan inflasi yang diprediksi bisa tembus di angka 6,5 persen. Kenaikan harga BBM akan mengakibatkan inflasi yang tajam, dan harga pertalite yang dipatok Rp. 10.000,- akan membuat inflasi tembus di angka 6,5 persen. Sekarang inflasi sudah 4,9 persen. Lonjakan inflasi bisa berdampak ke pelemahan daya beli masyarakat. Apalagi sudah tiga tahun berturut-turut ini buruh pabrik tidak naik upah minimumnya. Kenaikan harga BBM yang tidak diimbangi dengan kenaikan upah, sampai 5 tahun mendatang karena UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja (omnibus law) akan membuat daya beli terpuruk anjlok hingga 50 persen lebih.
- Risiko terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran karena kenaikan harga barang-barang yang dipicu oleh tingginya harga BBM. Harga energi (BBM) yang naik akan membebani biaya produksi perusahaan, tentu perusahaan akan melakukan efisiensi dengan mem-PHK buruh.
- Pemerintah tidak bisa membandingkan harga BBM di Indonesia dengan negara lain tanpa melihat income per kapitanya.
- Tidak tepat jika alasan kenaikan pertalite dan solar subsidi karena untuk kelestarian lingkungan. Faktanya masih banyak industri-industri besar yang masih memakai batu bara dan diesel.
- Ada sekitar 120 juta pengguna motor dan angkutan umum yang merupakan kelas menengah ke bawah, yang tentunya sangat terbebani dengan kenaikan harga BBM bersubsidi.