
Edisi/ Ilustrasi. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- International Air Transport Association (IATA) mengungkapkan bahwa momentum pemulihan lalu lintas penerbangan global mulai menguat.
Data industri penerbangan global IATA menerangkan lalu lintas penerbangan domestik maupun internasional pada Juni 2022 sudah mencapai rata-rata 70 persen jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi (2019).
Senada dengan hal itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menilai industri penerbangan di dalam negeri mulai bangkit kembali setelah terdampak cukup signifikan akibat pandemi COVID-19.
“Pandemi membuat pergerakan pesawat, jumlah penumpang dan kargo di semua bandara mengalami penurunan yang signifikan. Namun sekarang, industri penerbangan kembali menggeliat,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Nur Isnin Istiartono, pada Rabu (21/9/2022), dilansir dari laman info publik.
Baca juga: Bandara RHA Dirancang Jadi Trigger Investasi di Kawasan FTZ Batam
Istiartono menuturkan, penurunan berlangsung sejalan dengan pengetatan mobilitas pergerakan orang, untuk menjaga protokol kesehatan. Situasi dan kondisi pandemi inilah yang menyebabkan sejumlah maskapai penerbangan mengurangi armada dan menutup rute-rute yang tidak padat, untuk mengurangi biaya operasional.
Tentunya Ditjen Perhubungan Udara, lanjutnya, akan terus mengupayakan agar para maskapai, kembali membuka rute-rute penerbangan untuk melayani penumpang dari dan menuju Kertajati.
Apalagi dengan adanya rencana operasional jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi Sumedang – Dawuan) pada Oktober 2022, akan sangat membantu pemulihan lebih cepat di Bandara Kertajati. Jalan tol memungkinkan perjalanan dari Bandung ke Kertajati hanya dalam satu jam saja.
Sementara, penutupan sementara Bandara Halim pada Maret-Agustus 2022 menurut Istiartono, dilakukan untuk keperluan revitalisasi bandara untuk menjaga keselamatan penerbangan. Selain itu, Bandara Halim juga dipersiapkan untuk pelayanan event Presidensi G20 Indonesia.
Sementara itu beberapa bandara kecil di Pulau Jawa juga mulai pulih. Seperti halnya Bandara Ngloram di Blora, Bandara Jenderal Soedirman di Purbalingga dan Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya. Sebelum terjadinya pandemi dan sebelum Bandara Halim direvitalisasi, bandara-bandara ini sudah beroperasi dan melayani rute penerbangan.
“Dengan adanya penutupan sementara Bandara Halim ini, tentunya berdampak kepada sejumlah rute penerbangan pesawat propeller dari Halim menuju bandara-bandara lainnya seperti Ngloram, JB. Soedirman dan Wiriadinata,” katanya.
Seiring dengan pemulihan masa pandemi, menurut Nur Isnin memang perlu waktu untuk kembali pada kondisi sebelum pandemi. Apalagi saat ini jumlah pesawat masih sangat terbatas untuk melayani masyarakat di seluruh Indonesia.
“Dibanding sebelum pandemi, jumlah pesawat kita yang siap beroperasi, tinggal 55 persen sampai dengan 60 persen dari jumlah sebelum pandemi 2019. Semoga sampai akhir tahun sudah ada peningkatan jumlah armada secara signifikan,” ujarnya.
Perlu diketahui, bandara seperti halnya infrastruktur transportasi yang lain, tidak bisa langsung melahirkan trafik dan mobilitas dalam jangka waktu pendek. “Manfaat kehadiran bandara akan terasa ketika dalam jangka menengah dan jangka panjang, pada saat mobilitas masyarakat makin tinggi dan butuh pilihan transportasi yang cepat dan aman,” katanya.