EDISI.CO, INTERNASIONAL– China diam-diam tengah mengamati pengalaman perang Rusia di Ukraina sambil mengembangkan strategi perang hibrida untuk melawan Taiwan. Strategi ini termasuk dalam menggunakan drone dan tekanan psikologis.
Sementara Taiwan juga dengan sangat hati-hati mengambil pelajaran dari perang Ukraina untuk mengembangkan strategi jika China akhirnya nekat menyerang pulau tersebut.
Baca juga: Hacker China Ini Tahu Celah Keamanan Pertahanan Siber AS
Apalagi China telah secara terang-terangan tidak mengesampingkan kekuatan militer untuk merebut Taiwan jika diperlukan. China menggelar latihan militer di sekitar Taiwan pada bulan Agustus 2022 untuk mengekspresikan kemarahannya atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
China telah mempertahankan kegiatan militernya sejak itu, meskipun pada kecepatan yang diperkecil. Berbicara di parlemen, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Chen Ming-tong mengatakan China juga memperhatikan apa yang terjadi di Ukraina.
“Tahun ini, militer komunis telah meminjam dari pengalaman perang Rusia-Ukraina untuk mengembangkan ‘perang hibrida’ melawan Taiwan dan memperkuat pelatihan tempur dan persiapan melawan musuh yang kuat,” ujarnya, Rabu (12/10), dilansir dari Reuters.
Baca juga: Jelang Piala Dunia 2022, Bandara Qatar Belum Siap Hadapi Serbuan Penerbangan
Usai latihan China pada Agustus, China memperluas “zona abu-abu” dan aktivitas hibridanya terhadap Taiwan, terutama dengan penggunaan pesawat tak berawak yang telah terbang di dekat pulau-pulau yang dikendalikan Taiwan di lepas pantai China dan ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, kata Chen.
Taiwan mengatakan kampanye perang “zona abu-abu” China melibatkan taktik yang tidak teratur untuk menghabiskan musuh tanpa menggunakan pertempuran terbuka, seperti sering terbang ke zona pertahanan udara Taiwan dan memaksa angkatan udara Taiwan untuk merespons.
Chen mengatakan ancaman militer China telah menyatukan dukungan dari Amerika Serikat dan sekutunya untuk Taiwan untuk memastikan apa yang terjadi di Ukraina tidak akan terulang di Selat Taiwan.
Ini akan meningkatkan kemampuan Taiwan untuk berurusan dengan China dan menghalangi “komplotan mereka untuk menyerang Taiwan”, jelasnya.