
Ilustrasi inflasi. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono mengatakan, Indonesia harus terus waspada terhadap ancaman resesi di tahun depan. Salah satunya ditunjukkan dari tingkat inflasi di berbagai negara yang diprediksi mencapai 6-7 persen.
“Karena dulu sebelum era 5 tahun kebelakang inflasi itu selalu 5 persen, sekarang kan diprediksi kembali lagi ke 6 dan 7 persen, ini yang yang kita harus sama-sama bahu membahu untuk bisa menurunkan inflasi ini,” kata Doni, Senin (24/10), dikutip dari laman BI.
Baca juga: BPOM: 23 dari 102 Obat Sirop Temuan Kemenkes Aman Digunakan
Inflasi di Indonesia saat ini juga terbilang cukup tinggi, namun Indonesia masih mampu tumbuh perekonomiannya. Terbukti pada kuartal II-2022 ekonomi tumbuh sebesar 5,44 persen, sedangkan di negara lain banyak yang tumbuh negatif bahkan menuju arah resesi.
“Ini suatu mukjizat, di negara lain ekonominya tidak tumbuh malah stagnasi sementara di Indonesia itu tumbuh. Nah, ini yang yang yang suatu mukjizat buat kita kan emang ekonomi Indonesia tuh didukung oleh konsumsi karena mobilitasnya udah bagus terus meningkat,” ujarnya.
Baca juga: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bisa Cegah Risiko Gangguan Ginjal Akut
Maka semua pihak harus menjaga momentum pertumbuhan ini dengan cara menjaga inflasi. Misalnya, upaya Bank Indonesia dalam menurunkan inflasi yaitu menaikkan suku bunga bank 50 basis poin.
“Nah ini kita sebut sebagai front loaded, forward looking, dan Pre-emptive untuk menurunkan ekspektasi yang 7 persen, karena itu kan ekspektasi. Jadi, kita berusaha untuk menurunkan ekspektasi itu ke bawah,” ujarnya.
Upaya lainnya, Bank Indonesia juga turut menjaga kestabilan nilai tukar. Karena jika tidak dijaga, maka nilai tukar itu mengakibatkan inflasi barang-barang impor.
Kemudian, beberapa hal yang Bank Indonesia lakukan adalah kerjasama dengan pemerintah daerah, antara lain optimalisasi penggunaan belanja yang tidak terduga, membantu menjaga pasokan kelancaran distribusi barang dan penguatan ketahanan pangan.