EDISI.CO, INTERNASIONAL- Korea Utara dan Korea Selatan masing-masing saling menukar tembakan peringatan dan menyalahkan satu sama lain karena alasan melanggar batas laut.
Staf Kepala Gabungan Korea Selatan (JCS) membenarkan tentara mereka melepaskan tembakan peringatan kepada kapal dagang milik Korea Utara yang melewati Garis Batas Utara (NIL) pada Senin pukul 03.40 setempat atau 01.40 WIB.
Baca juga: Begini Reaksi Palestina Setelah Australia Tak Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Korea Utara juga menyatakan tentara mereka menembak 10 tembakan peringatan ke perairan teritorialnya. Bagi Korea Utara, tembakan peringatan itu dilakukan karena mereka mendeteksi gerakan kapal lain di wilayah perairannya.
Korea Utara pun menuduh angkatan laut Korea Selatan mencoba untuk memasuki perairan Korea Utara.
“Kami memerintahkan tindakan pencegahan awal untuk mengusir kuat kapal perang musuh dengan menembakkan 10 peluru dari beberapa peluncur roket di dekat perairan di mana gerakan musuh terjadi,” jelas militer Korea Utara, seperti dilansir Aljazeera, Selasa (25/10).
Baca juga: Promosikan Halal Hub Kepri Sampai ke Turki
Namun bagi pihak Korea Selatan, tembakan peringatan yang dilakukan Korea Utara melanggar persetujuan inter-korean 2018. Perjanjian itu diketahui sebagai langkah mengurangi permusuhan militer yang merusak stabilitas di Semenanjung Korea.
Meski tembakan peringatan itu tidak sampai ke daratan Korea Selatan, namun tembakan itu mampu meningkatkan kesiapsiagaan militer Korea Selatan akan ancaman agresi Korea Utara.
Sebelumnya wilayah perairan barat yang diperebutkan itu sudah terkenal sebagai pemantik permusuhan antara kedua Korea.
Wilayah perairan itu telah menjadi saksi mata akan penembakan yang dilakukan Korea Utara kepada pulau milik Korea Selatan dan juga serangannya kepada angkatan laut Korea Selatan yang menewaskan 50 orang pada 2010 lalu.
Baku tembak terakhir ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Beberapa pekan terakhir Korea Utara meluncurkan rudal jarak pendeknya dan rudal jarak jauhnya.
Korea Utara menganggap bukan mereka yang meningkatkan ketegangan, tetapi Korea Selatan yang meningkatkan ketegangan dengan melakukan latihan militer tahunan Hoguk defence drill dengan Amerika Serikat (AS) hingga 28 Oktober nanti. Korea Utara bahkan menganggap latihan itu sebagai provokasi dan mengancam akan melakukan pembalasan.
Di tengah tuduhan itu, Korea Selatan dan AS tetap melaksanakan latihan militer gabungan. Bahkan sekitar 240 jet tempur, termasuk jet tempur F-35 diketahui akan digunakan dalam latihan militer itu.
Bagi Korea Selatan, latihan militer gabungan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan operasi militer dan kesiapsiagaan tempur. Korea Selatan pun membiarkan tuduhan-tuduhan Korea Utara.
“Politik Pyongyang yang menyalahkan ancaman eksternal dan memproyeksikan kepercayaan pada kemampuan militer dapat memotivasi pengambilan risiko yang lebih besar. Penyelidikan Korea Utara terhadap pertahanan perimeter Korea Selatan dapat menyebabkan baku tembak serius dan eskalasi yang tidak diinginkan,” jelas profesor Universitas Ewha, Leif-Eric Easley.