
Ilustrasi Base Transceiver Station (BTS). Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Kehadiran layanan 5G di beberapa kota di Indonesia disebut menjadi pemicu masyarakat ingin beralih ke layanan teknologi terbaru itu. Anggapan ini setidaknya berdasarkan dari laporan Ericsson ConsumerLab yang mewawancarai 49.000 konsumen di 37 negara termasuk Indonesia.
Dalam laporan hasil surveinya itu menyebutkan bawah sebanyak 53 persen atau sekitar 32 juta konsumen negeri ini berniat untuk memulai berlangganan 5G pada 2023. Sementara itu, terdapat hampir setengah dari pengguna di tanah air sudah memiliki perangkat yang mendukung 5G.
Baca juga: Mulai 2 November TV Analog Dimatikan, Begini Cara Beralih ke Siaran Digital
Adapun ekspektasi dari 53 persen konsumen tersebut terhadap teknologi 5G, yaitu mereka menganggap aplikasi dan layanan inovatif menjadi alasan utama mereka untuk berlangganan 5G. Selain itu, calon pengguna 5G berpendapat bahwa jangkauan jaringan lebih penting daripada kecepatan.
Di Indonesia, menurut laporan Ericsson, dibandingkan dengan pengguna 4G, sebanyak dua kali lipat pengguna awal 5G menggunakan lebih dari tiga layanan digital setiap hari, beberapa di antaranya adalah streaming video dan audio dalam format High-Definition (HD), bermain game multipemain online, dan menonton siaran multi-view atau mengunduh konten video dalam HD/4K.
Baca juga: Awas! Virus Bahaya Berkedok Layanan Streaming, Pengguna Netflix Paling Banyak Diincar
“Hal ini tercermin dari 97 persen pengguna awal 5G yang menganggap pengalaman inovatif 5G sebagai bagian yang penting dalam paket broadband seluler mereka. Sebanyak 53 persen masyarakat Indonesia berniat untuk berlangganan 5G di 2023, agar mereka dapat mengakses aplikasi dan layanan inovatif seperti metaverse,” kata Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia dalam keterangannya, Rabu (26/10).
Terlepas dari hasil laporan Ericsson itu, jika tujuan dari berpindah layanan 5G untuk merasakan metaverse, maka yang perlu diketahui adalah metaverse di Indonesia baru tahapan awal. Meta Indonesia misalnya.
Sejauh ini, sentuhan awal metaverse yang dapat ditunjukkan Meta Indonesia adalah dengan menggunakan smartphone. Membuat produk Non Fungible Token (NFT) yang hadir melalui Instagram.
Dengan langkah ini, Meta mengganggap dapat mendukung kreator memonetisasi kreativitasnya. Lalu, menjalin kemitraan dengan Hacktiv8 untuk menghadirkan pengalaman AR sebagai sentuhan awal dari metaverse.
“Metaverse itu terjadi 5 sampai 10 tahun yang akan datang,” kata Pieter Lydian, Country Director, Meta Indonesia pada suatu kesempatan belum lama ini.