
Gedung Bank Indonesia. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Bank Indonesia (BI) mengalokasikan dana sekitar USD 6 miliar untuk penerbitan obligasi ekonomi berkelanjutan. Jumlah ini mencapai 5 persen dari cadangan devisa Indonesia.
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menjelaskan, pendanaan ini diberikan bagi setiap bank yang telah memiliki obligasi ekonomi berkelanjutan, dan mengajukan permohonan bantuan likuiditas kepada BI.
Baca juga: Mendorong Bisnis Aviasi Berbasis MRO di Dalam Negeri
“Bank Indonesia mengambil langkah maju, tidak hanya menyelaraskan portofolio tetapi juga menjanjikan komitmen hijau dengan mengalokasikan sekitar USD 6 miliar dalam obligasi berkelanjutan dan ini sekitar 5 persen dari total cadangan devisa kami,” ujar Destry dalam Mandiri Sustainability Forum 2022, Rabu (2/11), dilansir dari laman BI.
Destry menuturkan, apa yang dilakukan BI lebih progresif dibandingkan bank sentral di negara-negara lain. Dia menyampaikan, bank sentral negara lain masih menyelaraskan portofolio untuk membuat jalur transisi dengan menggeser portofolio dari emiten yang lebih tinggi emisi ke emiten yang lebih rendah emisi. Namun, BI justru sudah mengalokasikan dana ekonomi berkelanjutan.
Baca juga: Pertamina Serius Kembangkan PLTS Atap di Indonesia
“Jadi, sekitar 5 persen dari portofolio kami dalam cadangan kami dialokasikan untuk obligasi berkelanjutan,” ujarnya.
Dia menambahkan, pada 2020 BI mempublikasikan peraturan Loan to Value (LTV) untuk mendorong adaptasi bangunan hijau dan kendaraan listrik dengan mengizinkan relaksasi LTV pinjaman properti hijau hingga 100 persen dan uang muka pinjaman kendaraan listrik hingga nol persen.
Kemudian di tahun 2022, BI juga memperkenalkan aturan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) hijau untuk meningkatkan penerbitan obligasi hijau dengan memungkinkan bank untuk memenuhi persyaratan RPIM dengan membeli obligasi hijau.[idr]