EDISI.CO, NASIONAL- Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa komitmen Indonesia dalam mengembangkan Mekanisme Transisi Energi (Energy Transition Mechanism/ETM) tertuang dalam Leaders’ Declaration atau Deklarasi Pemimpin G20 Bali terutama pada paragraf ke-12.
Paragraf ke-12 Deklarasi Pemimpin G20 Bali menekankan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) poin nomor tujuh yaitu memastikan akses energi yang bersih dan terjangkau.
Baca juga: Dongkrak Perdagangan, Pengusaha Indonesia Bakal Diboyong ke India untuk Pertemuan B2B
“Paragraf 12 mengenai pencapaian SDGs nomor tujuh itu bagaimana akses terhadap energi dan menghilangkan kemiskinan akibat kekurangan akses terhadap energi,” katanya dalam Konferensi Pers KTT G20 di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11) lalu, dilansir dari laman Kemenkeu, Sabtu 19 November 2022.
Secara detail, poin ke-12 ini menegaskan kembali komitmen G20 untuk mencapai target SDG7 dan berupaya menutup celah dalam akses energi serta memberantas kemiskinan akibat keterbatasan energi.
Baca juga: Pemerintah Luncurkan Bali Kompendium, Pedoman Berinvestasi di RI
G20 juga berkomitmen untuk menemukan solusi guna mencapai stabilitas, transparansi dan keterjangkauan pasar energi dengan mempercepat transisi untuk memperkuat rantai pasokan dan keamanan energi serta mendiversifikasi sistem campuran energi.
G20 turut mempercepat peningkatan penerapan pembangkit listrik rendah emisi dengan energi terbarukan sekaligus mempercepat pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan.
Itu dilakukan seiring G20 melakukan langkah-langkah efisiensi energi termasuk mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap.
Sri Mulyani mengatakan komitmen ini masuk dalam G20 Bali Leaders’ Declaration agar dapat diimplementasikan oleh masing-masing negara meski aspek ini menjadi salah satu poin yang sulit disepakati.
Komitmen tersebut sempat sulit untuk disepakati dalam KTT G20 karena ada beberapa negara anggota G20 yang merupakan produsen sumber energi fosil terbesar di dunia seperti Arab Saudi termasuk Indonesia.
“Di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) kita, sektor energi adalah penghasil CO2 terbesar dan paling mahal untuk mencapai keseimbangan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia menuturkan paragraf ke-12 Deklarasi Pemimpin G20 Bali diharapkan mampu menutup gap atau kesenjangan antara kelompok yang sulit mengakses energi terutama bagi negara miskin.
“Energi hijau itu tidak hanya subsidi tapi juga pendanaan untuk memensiunkan coal (batu bara) dan investasi di renewable energy,” tegas Sri Mulyani.