EDISI.CO, INTERNASIONAL- Pejabat Qatar yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Piala Dunia 2022, Hassan al-Thawadi mengakui, 400 – 500 pekerja migran telah meninggal dalam pengerjaan proyek Piala Dunia.
Al-Thawadi yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Tertinggi untuk Pengiriman dan Warisan itu menyampaikan kabar meninggalnya ratusan pekerja proyek dalam acara televisi Piers Morgan Uncensored. Meski menyebut ratusan orang meninggal, namun angka pasti korban jiwa belum dapat diketahui.
Baca juga: Kota Yunani Kuno Muncul dari Bawah Permukaan Air di Turkiye, Simpan Karya Aristoteles
“Perkiraannya sekitar 400… Antara 400 sampai 500. Saya tidak punya angka pastinya, itu yang sedang dibicarakan,” jelas al-Thawadi, dikutip dari The Guardian, Kamis (1/12).
Untuk diketahui, Qatar dikritik negara-negara Barat terkait kondisi pekerja yang membangun berbagai stadion Piala Dunia 2022. Al-Thawadi sendiri menjelaskan jika pemerintah Qatar telah berusaha meningkatkan standar keselamatan pekerja di proyek-proyek Piala Dunia.
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Suporter Jepang Selalu Bersihkan Stadion Setelah Laga Piala Dunia
“Satu kematian terlalu banyak, sesederhana itu. Tapi setiap tahun standar kesehatan dan keselamatan di situs meningkat, setidaknya di Piala Dunia, yang menjadi tanggung jawab kami,” jelas al-Thawadi.
Meski al-Thawadi telah menjelaskan apa yang diketahuinya, namun penjelasannya mendapat kritik pedas dari anggota kelompok advokasi Fair Square bernama Nicholas McGeehan.
Menurutnya, apa yang disampaikan al-Thawadi contoh terbaru dari kurangnya transparansi Qatar yang tidak dapat dimaafkan tentang masalah kematian pekerja.
“Kami membutuhkan data yang tepat dan penyelidikan menyeluruh, bukan angka samar yang diumumkan melalui wawancara media. FIFA dan Qatar masih memiliki banyak pertanyaan untuk dijawab, paling tidak di mana, kapan, dan bagaimana orang-orang ini meninggal dan keluarga mereka harus menerima kompensasi,” ujar McGeehan.
Sebelumnya, pihak Komite Tertinggi mengungkap hanya ada tiga kematian terkait pekerjaan dan 37 kematian tidak terkait pekerjaan pembangunan stadion Piala Dunia semenjak 2014. Angka kematian itu juga disampaikan Presiden FIFA Gianni Infantino kepada Dewan Eropa awal tahun ini.
“Ini (kematian) didokumentasikan setiap tahun dalam pelaporan publik Komite Tertinggi dan mencakup delapan stadion, 17 tempat non-kompetisi, dan situs terkait lainnya di bawah lingkup Komite Tertinggi. Kutipan terpisah mengenai angka mengacu pada statistik nasional yang mencakup periode 2014-2020 untuk semua kematian terkait pekerjaan (414) secara nasional di Qatar, mencakup semua sektor dan kebangsaan,” jelas pernyataan Komite Tertinggi.
Namun pernyataan ini berbeda dengan penyelidikan kantor berita The Guardian pada 2021. Kantor berita itu menemukan lebih dari 6.500 pekerja dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Lanka telah meninggal setelah Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia semenjak 2011 lalu.
Angka kematian yang diselidiki The Guardian diyakini masih lebih rendah dibanding angka kematian pastinya. Sebab terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia membuat para pekerja migran dari berbagai negara pergi ke Qatar membangun berbagai proyek terkait Piala Dunia.
Pemerintah Qatar pun juga tidak membantah angka kematian yang diselidiki The Guardian. Namun pemerintah Qatar menyatakan “tingkat kematian di antara komunitas ini berada dalam kisaran yang diharapkan untuk ukuran dan demografi populasi.”
Tetapi berapa pun angka yang diketahui, mereka yang menjadi korban terpaksa meninggalkan keluarga mereka demi menyelesaikan proyek Piala Dunia.
“Perdebatan yang terus berlanjut seputar jumlah pekerja yang meninggal dalam persiapan Piala Dunia mengungkapkan kenyataan pahit bahwa begitu banyak keluarga yang berduka masih menunggu kebenaran dan keadilan. Selama dekade terakhir, ribuan pekerja telah kembali ke rumah dalam peti mati, tanpa penjelasan yang diberikan kepada orang yang mereka cintai,” jelas Steve Cockburn dari Amnesti Internasional.