EDISI.CO, NASIONAL- Bank Indonesia (BI) telah memulai langkah awal desain Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital sebagai solusi masa depan. Gubernur BI Perry Warjiyo, menyampaikan ada 3 alasan BI mengeluarkan rupiah digital.
“Pertama, karena Bank Indonesia satu-satunya lembaga negara yang berwenang mengeluarkan digital currency yang kita sebut digital rupiah, yang lain tidak sah,” kata Perry dalam Talkshow Rangkaian BIRAMA (BI Bersama Masyarakat) Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital, Senin (5/12), dilansir dari laman BI, Selasa 6 Desember 2022.
Baca juga: BNPB: 1.979 Jiwa Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Semeru
Alasan kedua, karena Bank Indonesia ingin melayani masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan alat pembayaran konvensional yakni menggunakan uang kertas, ada juga yang menggunakan uang elektronik berupa kartu ATM debit maupun Kredit.
Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat juga membutuhkan alat pembayaran untuk rupiah digital. Oleh karena itulah, Bank Indonesia mempersiapkan pelayanan bagi masyarakat untuk menggunakan rupiah digital.
Baca juga: Jokowi Tunjuk Bambang Brodjonegoro Pimpin Seleksi Calon Petinggi Otorita IKN
“Bank Indonesia sebagai Bank sentral melayani masyarakat yang membutuhkan alat pembayaran digital kita siapkan dengan digitalisasi sistem pembayaran,” ujarnya.
Alasan ketiga yakni, dengan adanya rupiah digital ini bisa digunakan untuk kerjasama internasional dengan negara lain. Makannya, Bank Indonesia bekerjasama bank-bank sentral lain di dunia untuk mengembangkan CBDC.
“Karena sentral bank digital currency ini untuk bia kerjasama internasional. Makannya, Bank Indonesia bekerja sama dengan lembaga-lembaga Internasional, dengan bank-bank sentral lain mengembangkan central bank digital currency,” ujarnya.
Baca juga: Peduli Cianjur dari Berbagai Unsur
Menurutnya, sinergi dengan komunitas bank sentral global dan organisasi internasional juga diperlukan guna memastikan kesiapan desain Digital Rupiah untuk dapat diselaraskan dengan berbagai inisiatif pengembangan interoperabilitas transaksi antar negara.
“Alhamdulillah di G20 kemarin kita sudah sepakati pilihan-pilihan konseptor desainnya, bagaimana central bank untuk inklusi keuangan khususnya untuk kalangan milenial, dan juga bagaimana CBDC saling kerja sama internasional. Ke depannya ada konversinya, nilai tukar digital rupiah dengan mata uang negara lain yang terus kita kembangkan,” tambahnya.
Adapun sebagai langkah awal, Bank Indonesia menerbitkan White Paper terkait pengembangan Digital Rupiah pada 30 November 2022. White Paper ini merupakan pemaparan awal dari Proyek Garuda berupa desain level atas (high-level design) Digital Rupiah sekaligus sebagai bentuk komunikasi kepada publik terkait rencana pengembangan Digital Rupiah.
“Hari ini khusus untuk mempersiapkan untuk menuju Indonesia yang lebih maju, cirinya adalah digitalisasi, transformasi digital yang harus kita lakukan. Dan pada 30 November yang lalu di pertemuan tahunan Bank Indonesia kita sudah melaunching white paper project garuda digital rupiah,” ujar Perry.
White Paper ini menjelaskan konfigurasi desain Digital Rupiah yang terintegrasi dari ujung ke ujung, fitur desain Digital Rupiah yang memungkinkan pengembangan model bisnis baru, arsitektur teknologi Digital Rupiah, serta dukungan perangkat regulasi dan kebijakan terhadap implementasi desain Digital Rupiah.