
Ilustrasi ekspor impor. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, harga pangan dunia saat ini mengalami kenaikan hingga 14 persen, menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Hal ini perlu diantisipasi mengingat Indonesia masih ketergantungan beberapa komoditas pangan seperti gula, garam daging sapi hingga susu.
“Harga pangan di dunia naik sampai kurang lebih 14 persen. Ini tertinggi dalam sejarah. Kita ada impor gula, garam, daging. Nah ini kan harus kita antisipasi,” ujar Erick Thohir, dilansir dari lama Kementerian BUMN, Senin (16/1).
Baca juga: Presiden Jokowi Sahkan RUU P2SK Jadi UU, Ini Isinya
Tak hanya itu, Indonesia juga masih ketergantungan bahan baku pupuk yakni fosfat yang memang tidak dimiliki Indonesia. “Artinya masalah pupuk ini ini harus diutamakan,” kata dia.
Saat ini, pihaknya telah diminta mempelajari menjadi pemasok bahan pangan (offtaker). Sehingga nantinya akan membeli hasil produksi petani untuk kemudian dijual kembali ke masyarakat dengan strategi pemerataan. Agar tingginya harga pangan tidak berdampak pada kenaikan tingkat inflasi.
Baca juga: Marak Baja Non-SNI, Mendag: Krakatau Steel Bisa Bangkrut
“Nah ini yang kita sedang akan siapkan, rancangan membeli kebutuhan pokok,” sambungnya.
Selain itu, Erick telah memerintahkan perusahaan negara untuk melakukan efisiensi biaya operasional. Misalnya Pertamina yang berhasil melakukan efisiensi hingga Rp28,71 triliun di 2021 dan Rp600 triliun tahun 2021.
Kemudian PLN yang mendorong efisiensi Capex hingga 30 persen. Makanya percepatan pembayaran utang sudah mulai dilakukan. Dari total utang Rp500 triliun, sudah mulai dicicil Rp96 triliun. “Yang tadinya utang PLN Rp500 triliun jadi Rp404 triliun, jadi Rp96 sudah dicicil” pungkasnya.