
Ilustrasi ChatGPT. Dok; Ist.
EDISI.CO, INTERNASIONAL- Selama bertahun-tahun, ada ketakutan di seluruh dunia terhadap perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang memungkinkan mengambilalih dunia di masa depan. Barangkali kejadian itu tidak akan secara langsung, namun bisa jadi akan dimulai dengan dunia seni dan sastra.
Dilansir dari laman Sciencefocus dan GizChina, Rabu (1/2), setelah berbulan-bulan mendominasi internet dengan pembuat gambar AI Dall-E 2, OpenAI – perusahaan hasil besutan Elon Musk khusus untuk mengembangkan kecerdasan buatan – kembali ke trending media sosial berkat ChatGPT. ChatGPT ini adalah chatbot yang dibuat menggunakan teknologi perusahaan GPT-3.
Baca juga: Ilmuwan Peringatkan Kecanggihan AI Bisa Jadi Senjata Pembunuh Umat Manusia
Teknologi GPT-3 merupakan dasar dari pengembangan ChatGPT. GPT-3 sebenarnya adalah model AI pemrosesan bahasa yang dianggap tersohor di dunia internet. Lalu, apa yang membedakan dua hal itu?
Generative Pretrained Transformer 3 atau GPT-3 adalah model AI pemrosesan bahasa canggih yang dikembangkan oleh OpenAI. Dengan model AI ini mampu menghasilkan teks seperti pada umumnya manusia berkomunikasi, mulai menerjemahkan bahasa, pemodelan bahasa dan menghasilkan teks untuk aplikasi seperti chatbots. Ini adalah salah satu model AI pemrosesan bahasa terbesar dan terkuat hingga saat ini dengan 175 miliar parameter.
Baca juga: WhatsApp Rilis Fitur Message Yourself Kirim Pesan ke Diri Sendiri, Apa Manfaatnya?
Penggunaannya yang paling umum sejauh ini adalah membuat ChatGPT – chatbot berkemampuan tinggi. Jadi ChatGPT adalah produk yang dihasilkan dari GPT-3. Dalam istilah yang kurang populer, barangkali GPT-3 mampu memberikan layanan kepada penggunanya dengan kemampuan AI yang terlatih.
Singkatnya, kecerdasan buatan ini dapat diperintah dengan kata-kata. Instruksinya bisa berupa pertanyaan, permintaan untuk sebuah tulisan tentang topik yang dipilih atau sejumlah besar permintaan dengan kata-kata lainnya.
Meski begitu, GPT-3 adalah model AI yang terbatas pada bahasa saja. Artinya, tidak bisa menghasilkan video, gambar, maupun suara seperti Dall-E2. Dall-E2 adalah model kecerdasan buatan yang bisa menghasilkan gambar hanya dengan perintah teks. Namun, GPT-3 justru memiliki kecanggihan luar biasa kelak tentang kata-kata yang diucapkan dan ditulis.
Baca juga: Apple Patenkan Layar Anti Retak, Siap Masuk Pasar Ponsel Lipat?
Dengan demikian, pada waktunya ChatGPT memiliki kemampuan yang cukup luas, mulai dari menulis puisi, menerangkan hal-hal yang ada di alam semesta, hingga menjelaskan mekanika kuantum dalam istilah sederhana atau menulis makalah dan artikel penelitian lengkap. Sejauh ini, ChatGPT memang masih terbatas jika dilakukan dengan perintah yang rumit. Namun, hanya butuh waktu untuk datang kembali menjadi yang lebih sempurna.
Tak heran bila para professor di beberapa Universitas di AS pun dikabarkan mulai merombak pengajaran di kelas sebagai tanggapan terhadap ChatGPT. Ini akan memicu perubahan besar dalam metode pengajaran.
Beberapa guru besar benar-benar mendesain ulang pembelajaran yang mereka ajarkan. Mereka sekarang membawa lebih banyak ujian lisan, tugas diskusi kelompok dan penilaian konten tulisan tangan sebagai pengganti disertasi.