
Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi II DPRD Kepri dengan pedagang tahu tempe di Gedung Graha Kepri, Kamis (23/2/2023)-Edisi/Irvan F.
EDISI.CO, BATAM– Harga Kedelai di Provinsi Kepri, khususnya di kota Batam terus mengalami kenaikan. Hal tersebut membuat pedagang tahu tempe mengeluh. Para pedagang yang bernaung di Koperasi Bumi Bertuah Nusantara (KBBN) Kepri, meminta kepada komisi ll DPRD Kepri untuk menfasilitasi dalam mencari solusi dari permasalahan kenaikan harga kacang kedelai tersebut.
“Kenaikan harga kedelai ini sangat memberatkan para pelaku usaha tahu tempe. Kami meninta kepada semua pihak terkait untuk memberikan solusi agar bisa menjaga stabilitas harga tahu tempe di pasaran,” Ketua Koperasi Bumi Bertuah Nusantara (KBBN) Kepulauan Riau, Susilo saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD Kepri di Gedung Graha Kepri, Kamis (23/2/2023).
Saat sebelum pandemi covid-19 harga kedelai Rp330.000 per karung, isi 50 kilogram. Namun pasca pandemi harganya justru mahal, berkisar di angka Rp650.000 per karung, bahkan pernah mencapai Rp720.00 per karung.
Baca juga: HNSI Batam Tanggapi Rencana Impor Ikan dan Bantuan Alat Tangkap
“Kenaikannya tak tanggung-tanggung, mencapai 120 persen,” sambung Susilo.
Akibat kenaikan bahan baku tahu tempe tersebut, lanjut Susilo, para pelaku usaha hanya mampu menaikkan harga dari 20 persen hingga 35 persen. Artinya cost atau biaya produksi terkuras, hal ini sangat negatif bila dihitung secara ekonomis.
“Selain kenaikan harga kedelai yang belum mendapatkan solusi, untuk mendapatkan BBM jenis solar bersubsidi juga menjadi permasalahan. Karena selama ini kami tidak mendapatkan kuota itu,” tambahnya.
Koperasi KBBN yang beranggotakan sebanyak 133 orang ini baru berdiri sejak maret 2022. Hal itu dikarenakan sulitnya mengurus regulasi perizinan. Dengan adanya wadah koperasi, ia berharap semua kendala pasokan bahan baku bisa mendapatkan perhatian dari stekholder terkait. Karena kebutuhan kedelai untuk kota Batam saja bisa mencapai 11.880 ton untuk satu tahun.
“Berbagai program bantuan dari pemerintah saat ini ada untuk pelaku usaha kecil menengah. Kami harap ada perhatian atau bantuan khusus ke kami. Termasuk dari DPRD Kepri,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin merasa miris melihat kondisi tersebut. Dirinya menilai, kebutuhan pengusaha tahu tempe termasuk dalam kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) itu harus segera diakomodir.
“Ini sangat luar biasa dan tidak realistis. Saya dorong hal ini segera diatasi. Kalau perlu kita dorong agar buka Impor lagi. Sehingga harga kedelai bisa murah dan harga tahu tempe juga murah” tuturnya..
Selain itu, Wahyu mendorong agar para pelaku usaha itu juga dapat menjadi importir sendiri. “Bahkan kalau bisa mereka sendiri jadi importir. Apalagi tahu tempe sekarang sudah menjadi makanan favorit di luar negeri termasuk Eropa,” tutupnya.
Penulis: Irvan F.