
Edisi/brin..go.id
EDISI.CO, NASIONAL– Anggaran untuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023 sebesar Rp6,388 triliun. Seperti termuat dalam laman infopublik.id edisi Sabtu (25/2/2023) hari ini, disebutkan dinamika anggaran riset dan inovasi di APBN (GBAORD) adalah Rp26 triliun pada 2018; Rp21 triliun pada 2019; Rp18 triliun pada 2020; Rp12 triliun pada 2021; termasuk total APBN di 5 entitas (Kemristek, BATAN, BPPT, LAPAN, LIPI) Rp6 triliun.
Selain dana APBN, BRIN saat ini juga mengelola layanan program riset dengan sumber dari “imbal hasil” dana abadi riset Rp1 triliun (akumulasi).
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, memaparkan untuk menetapkan anggaran riset tidak mudah, tapi secara global menurut standar dari UNESCO dan Bank Dunia, kalau negara yang Produk Domestik Bruto (PDB) nya besar, termasuk Indonesia kira-kira satu persen dari PDB.
“Dana riset secara global menurut standar UNESCO dan Bank Dunia, negara yang PDB-nya besar kaya Indonesia adalah satu persen dari PDB. Kalau negara agak kecil meskipun kaya, seperti Singapura dana risetnya dua persen dari PDB-nya,” papar Handoko di laman yang sama.
Handoko memaparkan, BRIN tidak sekedar mengintegrasikan unit riset di Kementerian/Lembaga, tetapi mengkonsolidasikan seluruh sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran). Melakukan perubahan tata kelola dan pola kerja periset secara fundamental. Kemudian, transformasi kelembagaan dan tata kelola terbesar dalam sejarah RI.
Baca juga: 15 Guru Asal Malaysia Kunjungi Museum Batam Raja Ali Haji
“Fokus pada target output (produktivitas periset) dan outcome (MFP), bukan pada target capaian indikator input (SDM, anggaran) saja. Target indikator input penting sebagai panduan untuk melakukan perbaikan secara fundamental, tetapi bukan target tujuan! Perbaikan indikator input harus dilakukan sesuai dengan tahapan, rasionalitas dan kondisi riil di lapangan untuk menjamin kualitas dan akuntabilitas pemakaian anggaran,” terangnya.
BRIN pada 2021 fokus pada konsolidasi dan evaluasi program dan SDM, bukan pada konsolidasi aset dan anggaran. Evaluasi program dari seluruh K/L dilakukan pada Mei-Desember 2021 untuk menilai substansi, urgensi dan kapasitas + kompetensi periset pelaksananya sehingga dapat dimitigasi potensi keberhasilan dan resikonya.
Eksekusi seluruh program berbasis pada kompetisi, bukan penugasan/pengkaplingan anggaran, untuk memastikan pelaksana terpilih memiliki kapasitas dan kompetensi terbaik di bidangnya. Perencanaan anggaran sesuai ‘karakter’ sumbernya apakah dari imbal hasil dana abadi, atau APBN (RM, surat berharga, PLN, PNBP, KPBU, dll).
Pada 2022 BRIN fokus pada penataan program dan perbaikan tata kelola riset dan inovasi, serta penguatan kapasitas dan kompetensi riil periset. Pada saat yang sama dilakukan “normalisasi” pembiayaan riset dan inovasi, sehingga ke depan program riset dan inovasi dapat dipertanggungjawabkan rasionalitas dan justifikasi kemampuan pelaksanaannya.
Handoko menambahkan, ekosistem riset itu ada tiga yaitu SDM Unggul, Infrastruktur Riset, kemudian Anggaran. Komposisi dari kontribusi masing-masing adalah SDM Unggul 70 persen, Infrastruktur 20 persen dan 10 persen anggaran.