Darius von Guttner Sporzynski, Australian Catholic University
Robert Oppenheimer sering disejajarkan dengan Albert Einstein sebagai fisikawan paling terkenal di abad ke-20.
EDISI.CO, INTERNASIONAL– Dia akan selamanya menjadi “bapak bom atom” setelah senjata nuklir pertama berhasil diuji coba pada tanggal 16 Juli 1945 di gurun Meksiko. Peristiwa itu mengingatkannya pada kata-kata dari kitab suci Hindu: “Sekarang aku telah menjadi Maut, penghancur dunia”. https://www.youtube.com/embed/lb13ynu3Iac?wmode=transparent&start=0 Robert Oppenheimer mengucapkan kata-kata yang terkenal itu.
Siapakah Robert Oppenheimer?
Lahir pada 1904 di sebuah keluarga kaya asal New York, Oppenheimer lulus dari Harvard jurusan kimia pada 1925.
Dua tahun kemudian, ia menyelesaikan gelar PhD dalam bidang fisika di salah satu institusi terkemuka untuk fisika teoretis, University of Göttingen, Jerman. Saat itu ia berusia 23 tahun dan sangat antusias hingga mengasingkan diri dari orang lain.
Sepanjang hidupnya, Oppenheimer akan dinilai sebagai sosok yang suka menyendiri atau seseorang narsisis yang gelisah. Apa pun kontradiksinya sebagai individu, keeksentrikannya tidak membatasi pencapaian ilmiahnya.
Sebelum pecahnya perang dunia kedua, Oppenheimer bekerja di Universitas California, Berkeley, dan Institut Teknologi California. Penelitiannya terkonsentrasi pada astronomi teoretis, fisika nuklir, dan teori medan kuantum.
Meskipun ia mengaku tidak tertarik dengan politik, Oppenheimer secara terbuka mendukung ide-ide progresif secara sosial. Dia prihatin dengan munculnya antisemitisme dan fasisme. Pasangannya, Kitty Puening, adalah seorang radikal kiri dan lingkaran sosial mereka termasuk anggota dan aktivis Partai Komunis. Kelak, pergaulan ini akan menandai dia sebagai simpatisan komunis.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Pemerintah Harus Prioritaskan Restorasi Lamun jadi Solusi Perubahan Iklim
Sebagai seorang peneliti, Oppenheimer menerbitkan dan mengawasi generasi baru mahasiswa doktoral. Salah satunya adalah Willis Lamb, yang pada 1955 dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang fisika. Hadiah Nobel gagal diraih Oppenheimer sebanyak tiga kali.
Perang dunia kedua
Dua tahun setelah Jerman dan Soviet Rusia menyerang Polandia, Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II. Oppenheimer direkrut untuk mengerjakan Proyek Manhattan yang terkenal itu. Gagasannya tentang reaksi berantai dalam bom atom mendapatkan pengakuan di kalangan komunitas pertahanan Amerika Serikat. Dia memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan tim ahli. Beberapa di antaranya adalah murid-muridnya.
Pada 1943, terlepas dari pandangan politiknya yang beraliran kiri, dia tidak memiliki karier yang terkenal dan tidak memiliki pengalaman dalam mengelola proyek-proyek yang kompleks, Oppenheimer ditunjuk sebagai direktur Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico. Dia sangat antusias. Dia tampaknya memiliki “cadangan kekuatan yang tidak terikat”, kenang fisikawan Isidor Isaac Rabi. Tugasnya adalah mengembangkan senjata atom.
Laboratorium Los Alamos berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kompleksitas proyek, dengan jumlah personel melebihi 6.000 orang. Kemampuannya untuk menguasai tenaga kerja berskala besar dan menyalurkan energi mereka untuk kebutuhan proyek membuatnya dihormati.
Dia terbukti lebih dari sekadar administrator dengan terlibat dalam tim interdisipliner di seluruh tahap teoretis dan eksperimental pengembangan senjata. https://www.youtube.com/embed/-JWxIVVeV98?wmode=transparent&start=0
Uji coba nuklir
Pada tanggal 16 Juli 1945, uji coba nuklir dengan nama sandi Trinity berlangsung.
Bom atom pertama berhasil diledakkan pada pukul 5:29 pagi di gurun Jornada del Muerto. Seperti yang diceritakan oleh asisten utamanya, Thomas Farrell:
Muncullah semburan cahaya yang luar biasa, diikuti dengan suara gemuruh ledakan yang dahsyat.
Oppenheimer kemudian mengingat bahwa “beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis, sebagian besar orang terdiam”. Yang dia tahu pasti adalah bahwa dunia tidak akan sama lagi.
Sudah terlambat bagi bom atom untuk digunakan melawan Jerman dalam perang – Nazi telah menyerah pada tanggal 8 Mei. Sebagai gantinya, Presiden Amerika Serikat Harry Truman memutuskan untuk menggunakan bom tersebut untuk melawan sekutu Jerman, Jepang.
Tak lama setelah bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Agustus 1945, Oppenheimer berhadapan dengan menteri perang Amerika Serikat, Henry Stimson, menuntut agar senjata nuklir dilarang.
Demikian pula, ketika berbicara dengan Truman, Oppenheimer berbicara tentang perasaannya akan nyawa yang hilang oleh tangannya. Truman menolak ledakan emosi Oppenheimer. Tanggung jawab atas penggunaan bom atom, bagaimanapun juga, berada di tangan panglima tertinggi (dirinya sendiri).
Sanggahan Truman tidak menghalangi Oppenheimer untuk mengadvokasi pembentukan kontrol pada persaingan senjata nuklir.
Kontrol senjata
Pada tahun-tahun pascaperang, Oppenheimer menetap di Princeton, New Jersey, di Institute for Advanced Study. Dia banyak membaca. Dia mengoleksi karya seni dan furnitur. Dia belajar bahasa. Posisinya yang bergaji tinggi memungkinkannya untuk mengejar pemahaman yang lebih dalam tentang kemanusiaan melalui pemeriksaan kitab-kitab kuno. Ia memperjuangkan kesatuan tujuan antara ilmu pengetahuan dan humaniora.
Dukungan Oppenheimer membantu dan mendorong para ilmuwan lain dalam penelitian mereka. Namun, perhatian utamanya adalah persaingan senjata yang tidak dapat dihindari. Dia menganjurkan pembentukan badan internasional yang akan mengontrol pengembangan energi nuklir dan penggunaannya.
Pada 1947, sebuah badan sipil bernama Komisi Energi Atom mulai bekerja. Oppenheimer mendesak dengan kuat untuk kontrol senjata internasional.
Uji coba bom atom pertama Uni Soviet pada Agustus 1949 mengejutkan Amerika Serikat dan mendorong para peneliti Amerika untuk mengembangkan bom hidrogen. Pemerintah Amerika Serikat memperkuat posisinya. Pada tahun 1952, Truman menolak untuk menunjuk kembali Oppenheimer sebagai penasihat Komisi Energi Atom.
Setelah 1952, advokasi Oppenheimer terhadap uji coba pertama bom hidrogen mengakibatkan penangguhan izin keamanannya. Penyelidikan yang dilakukan pada 1954 mengungkap hubungan komunis Oppenheimer di masa lalu dan berujung pada pencabutan izin keamanannya. https://www.youtube.com/embed/uYPbbksJxIg?wmode=transparent&start=0
McCarthyisme dan kebebasan akademik
Di era perburuan penyihir Joseph McCarthy, rekan-rekan ilmuwannya menganggap Oppenheimer sebagai martir kebebasan akademik. “Di Inggris”, komentar Wernher von Braun, mantan Nazi yang menjadi perintis teknologi roket Amerika, “Oppenheimer akan dianugerahi gelar kebangsawanan”.
Setelah 1954, Oppenheimer tidak berhenti menyuarakan kebebasan dalam mengejar pengetahuan. Dia melakukan tur internasional dengan ceramah-ceramah tentang peran kebebasan akademis yang tidak terkekang oleh pertimbangan politik. Ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan humaniora bukanlah upaya manusia yang terpisah, melainkan saling terkait dan tak terpisahkan.
Oppenheimer meninggal dunia pada usia 62 tahun pada 18 Februari 1967.
Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris
Darius von Guttner Sporzynski, Historian, Australian Catholic University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.