EDISI.CO, BATAM– Masyarakat Melayu di Pulau Rempang menggelar Solat Hajat dan Zikir di Kampung Tanjung Kertang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang pada Selasa (5/9/2023) malam. Tanjung Kertang merupakan titik penghubung Jembatan 4 Barelang (Jembatan Sultan Zainal Abidin) yang menyatukan Pulau Setokok dan Pulau Rempang.
Solat Hajat dan Zikir ini diikuti oleh masyarakat Melayu yang tersebar di 16 titik Kampung yang ada di Pulau Rempang. Nampak juga warga Melayu yang berasal dari luar Pulau Rempang, seperti Setokok dan kampung lain di pesisir Batam.
Sekitar pukul 18.40 WIB, warga mulai datang. Mereka hadir menggunakan sepeda motor, mobil dan pickup. Sampai sekitar pukul 20.30 WIB ratusan warga telah memenuhi ruas kiri Jalan Trans Barelang di Pulau Rempang ke arah Jembatan 4 Barelang. Mengisi ruang yang telah dibentangkan sajadah dan kardus sebagai alas.
Baca juga: 4.300 Pelajar SD dan SMP di Tengah Rencana Pengembangan Pulau Rempang
Dengan hanya disinari lampu jalan sebagai penerang, wajah warga terlihat samar. Kendaraan yang sesekali melintas, memberi tambahan cahaya.
Beberapa warga berjaga, mengarahkan kendaraan yang melintas agar melaju lebih pelan.
Seperti diketahui, pemerintah merencanakan pengembangan Pulau Rempang menjadi kawasan ekonomi baru dengan nilai investasi sebesar Rp381 triliun. Pengembangan Pulau Rempang ini akan terbagi ke tujuh zona, diantaranya Rempang Integrated Industrial Zone; Rempang Integrated Agro-Tourism Zone; Rempang Integrated Commercial and Residential; Rempang Integrated Tourism Zone; Rempang Forest and Solar Farm Zone; Wildlife and Nature Zone; dan Galang Heritage Zone.
Sayangnya pengembangan ini sampai menyentuh 16 titik kampung yang jauh sebelumnya telah dihuni masyarakat Melayu di Pulau Rempang. Warga pun diminta untuk mengerti tujuan negara akan rencana pengembangan tersebut.
Suara “Amin” menggema di dua rakaat Solat Hajat yang dipimpin Rois Syahroni. “Amin” berkutnya menyusul dalam doa yang terlantun seusai zikir. Beberapa warga duduk bersila, tegak dengan mata tertutup. Beberapa lainnya menunduk dengan tangan tertangkup di depan muka.
Isak sesekali terdengar samar, kadang juga lantang.
Masyarakat Melayu Pulau Rempang menggelar Solat Hajat dan Zikir di Kampung Tanjung Kertang pada Selasa (5/9/2023) malam. Kegiatan ini sebagai bagiandari ikhtiar masyarakat Melayu Rempang yang tengah berjuang menolak penggusuran kampung mereka-Edisi/bbi.
Teriakan “Amin” kian keras menggema ketika doa berisi permintaan keadilan bagi masyarakat. Warga tidak beranjak sampai akhirnya Juru Bicara Kekerabatan Masyarakat Adat Tempatan (Keramat), Suardi menutup acara dengan memimpin persembahan Alfatihah untuk Rasulullah SAW, Orang-orang Melayu Pulau Rempang yang lebih dahulu wafat dan anak-anak sebagi generasi penerus.
Kaum ibu yang hadir larut, mata mereka sembab. Basah oleh air mata yang mengalir bersama doa yang mengemuka. Berharap pertolongan Allah segera tiba, mengembalikan ketenangan yang sudah raib dalam beberapa bulan terakhir.
Jumi, Warga Kampung Monggak, Kelurahan Rempang Cate yang hadir dalam kesempatan tersebut, mengatakan dirinya hancur mebayangkan keadaan masyarakat Rempang saat ini. Kondisi yang tidak pernah terpikirkan hadir dalam rupa ancaman penguusuran berakibat hilangnya peradaban Melayu yang sudah berusia ratusan tahun.
Ia menangisi kezaliman pemerintah yang sampai saat ini tetap tidak memihak Masyarakat Melayu di kampungnya. Yang tega menggusur dan mengubur kampung tempat ruang hidup masyarakat Melayu secara turun-temurun, hanya demi investasi. Meresahkan masyarakat Melayu yang sebelumnya hidup tenang dengan cara mereka sendiri.
Melalui Solat Hajat dan Zikir malam ini, ia berserah.
Baca juga: Komnas HAM Minta Tidak Ada Gusur Paksa Masyarakat Melayu Pulau Rempang
“Kasihanilah kami hamba yang lemah ini, hanya Allah yang tahu, tolonglah kami,” ucapnya menahan air mata.
Bersama Jumi, semua wanita yang penulis temui seusai pelaksanaan Solat Hajat dan Zikir juga berkata senada. Sedih dan duka mereka nampak nyata malam itu.
Harapan mereka sama, tidak ingin kampung yang saat ini dihuni tergusur oleh kepentingan ekonomi.
Hidayat, Perwakilan Aliansi Pemuda Melayu yang ikut dalam rangkaian kegiataan malam itu, bertutur kalau kegiatan ini sebagai wujud berserah dari Masyarakat Melayu Rempang atas kondisi yang mereka alami. Membersamai ikhtiar yang telah berbulan-bulan mereka lakoni.
“Kami merasa berada di bawah tekanan luar biasa, hanya kekuatan Allah yang memberi pertolongan pada kita,” tutunya.
Ikhtiar saat ini, kata Hidayat, adalah goresan yang tak akan lenyap dari catatan sejarah perjuangan masyarakat Melayu. Membersamai masyarakat dari daerah lain yang lebih dulu mengalami kondisi serupa seperti Wadas, Air Bangis, Dago Elos dan daerah lain di nusantara.