Edisi.co – Kabar mata uang rupiah mengakhiri perdagangan di zona hijau kemarin, Selasa (17/5/2022), menyusul surplus neraca perdagangan April yang mencapai rekor.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup naik 52 poin atau 0,35 persen ke level Rp14.644 per dolar AS kemarin, di saat indeks dolar di pasar spot tercatat melemah 0,30 poin atau 0,29 persen ke level 103,88.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melemah karena pelaku pasar menghitung kenaikan suku bunga jangka pendek yang agresif dari Federal Reserve AS akan menyeret pertumbuhan jangka panjang AS. Baca Juga : Dolar AS Loyo Lagi Tertekan Naiknya Sentimen Risiko
“Beberapa bukti yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS muncul Senin dengan indeks manufaktur Empire State Fed New York menunjukkan penurunan mendadak selama Mei,” kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (17/5/2022).
baca juga: Golfer Mancanegara Lirik Turnamen Golf di Batam
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2022 surplus sebesar US$7,56 miliar.
Surplus ini terjadi akibat nilai ekspor lebih tinggi, dibandingkan posisi impornya. Pada April 2022 ekspor Indonesia menyentuh US$27,32 miliar, atau naik 3,11 persen secara month to month (mtm).
Sementara itu, posisi impor Indonesia hanya US$19,76 miliar, atau turun 10,01 persen. Surplus ini beruntun selama 24 bulan.
Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.630-Rp14.680.
baca juga: Warga Batam Terkonfirmasi Positif Covid-19 Bertambah
Di sisi lain, dolar AS kembali tergelincir kemarin karena meningkatnya sentimen risiko yang mengurangi daya tarik greenback. Indeks dolar AS yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama turun 0,7 persen pada 103,41, level terendah sejak 6 Mei.
Indeks mencapai level tertinggi dalam dua dekade pekan lalu, didukung oleh Federal Reserve yang hawkish dan kekhawatiran atas dampak ekonomi global dari konflik Rusia-Ukraina.
Kepala valas global Jefferies Brad Bechtel mengatakan suasana di pasar telah meningkat secara dramatis dibandingkan pekan lalu dengan sebagian besar kelas aset rebound dan menelusuri kembali pergerakan yang terlihat pekan lalu.
baca juga: Disdik Batam Imbau Waspadai Kejahatan Skimming
“Hasilnya adalah reli ekuitas dan aksi jual pendapatan tetap dengan hampir semua mata uang di dunia reli terhadap dolar AS,” kata Bechtel, dilansir Antara, Rabu (18/5/2022).
Dolar tetap lemah setelah data menunjukkan penjualan ritel AS meningkat kuat pada April karena konsumen membeli kendaraan bermotor di tengah peningkatan pasokan dan restoran yang sering dikunjungi, tidak menunjukkan tanda-tanda permintaan mereda meskipun inflasi tinggi.
Indeks dolar memangkas pelemahan setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada acara Wall Street Journal pada Selasa (17/5/2022), bahwa The Fed akan “terus mendorong” untuk memperketat kebijakan moneter AS sampai inflasi jelas menurun.(*)