
Pengusaha Sembako, Alfitra Keliat saat melayani pembeli di toko miliknya. Sejak Idulfitri sampai jelang Iduladha 2022, harga bahan pokok di Batam masih tinggi-Edisi/BBI
EDISI.CO, BATAM– Sejak Idulfitri pada akhir April lalu, sampai menjelang Iduladha di bulan Juli 2022 ini, harga bahan pokok di Batam masih saja tinggi. Kondisi ini tidak hanya menjadi masalah bagi masyarakat sebagai pembeli atau konsumen, tetapi juga bagi pengusaha penyedia bahan pokok atau sembako.
Baca juga: Inflasi Kepri pada Juni 2022 0,84 Persen, Juli Diperkirakan Melemah
Salah satu pengusaha sembako di kawasan Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, Batam Alfitra Keliat, menuturkan bahwa ia khawatir dengan tingginya harga bahan pokok dalam waktu cukup lama ini. Tidak hanya soal pendapatan usahanya yang menurun, tetapi juga anggapan kalau pengusaha sembako seperti dirinya yang memainkan harga.
“Stok ada tapi mahal. Pendapatan kita turun karena warga beli tidak banyak. Khawatir juga nanti dikira penjua yang naikan harga terlalu tinggi,” kata Alfitra saat ditemui di toko sembako miliknya.
Baca juga: Covid-19 Dinilai Membuat Kurban di Iduladha 1443 Hijriyah Masih Slow
Alfitra melanjutkan, tingginya harga bahan pokok yang konstan dalam beberapa bulan terakhir, karena faktor cuaca. Utamanya untuk komoditas sayur-sayuran yang tidak bisa masuk ke Batam melalui Kota Tanjungpinang.
Harga timun misalnya, ketika kondisi normal hanya Rp6.000 per kilogram, dalam dua bulan terakhir naik menjadi Rp20.000 per kilogram. Kangkung yang biasanya Rp5.000 per kilogram, naik menjadi Rp18.000 per kilogram. Sawi Mie juga naik dari harga normal Rp15.000 menjadi Rp30.000 per kilogram.
Kenaikan signifikan ini juga terjadi pada komoditas lain seperti buah, cabai dan telur. Kenaikan rata-rata dua kali lipat disbanding harga normal.
“Semangka juga naik, dari harga Rp6.000 jadi Rp12.000 sekilo,” kata Alfitra lagi.
Sementara itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kepri, menganalisa kenaikan aneka cabai disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen, dan cabai yang busuk dalam pengiriman, serta berkurangnya hasil panen akibat gangguan cuaca.
Sehubungan dengan hal tersebut, upaya pengendalian inflasi oleh TPID akan difokuskan untuk meningkatkan pemantauan harga dan pasokan serta meningkatkan pengawasan terhadap kondisi ternak yang didatangkan dari luar wilayah Kepri, mendorong konsumsi daging beku dan daging kerbau, menjaga kelancaran distribusi barang termasuk aktivitas bongkar muat, serta mengoptimalkan kerja sama antar daerah (KAD).