EDISI.CO, KESEHATAN– Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk penyakit menular Cacar Monyet (Monkeypox) berbeda dengan PCR Covid-19 yang sebagian masyarakat Indonesia sudah menjalaninya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, dalam keterangan pers (20/8) seperti termuat dalam laman kemkes.go.id mengatakan PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien. Sementara PCR untuk Covid-19 dilakukan dengan swab pada cairan dari pangkal mulut dan hidung.
Baca juga: Sudah Ada Kasus, Lokasi PCR Monkeyfox Baru Ada di BKPK Kemenkes dan IPB
Pemeriksaan PCR untuk monkeypox saat ini baru bisa dilakukan di dua tempat, yakni di laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes, dan laboratorium Institut Pertanian Bogor.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril
Edisi/kemkes.go.id
Saat ini sedang dalam proses penambahan 10 laboratorium yang ditingkatkan untuk melakukan pemeriksaan PCR tersebut. Ada pula beberapa rumah sakit yang sudah bisa melakukan PCR. Kemenkes sudah menyiapkan 1.200 reagen untuk pemeriksaan monkeypox. Pemeriksaan dilakukan manakala ada kecurigaan monkeypox.
”Pemeriksaan PCR monkeypox ini berbeda dengan pemeriksaan PCR COVID-19. PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien,” ujar dr. Syahril dalam laman tersebut.
Baca juga: Digitalisasi Layanan BPJS Kesehatan untuk Perbaikan Mutu dan Jangkauan
Pasien monkeypox juga tidak diperlukan ruang isolasi sebagaimana pasien COVID-19. Ruang isolasi untuk pasien COVID-19 memerlukan tekanan negatif, sementara untuk pasien monkeypox ruang isolasi tersebut tidak diperlukan.
Terapi Perawatan klinis untuk cacar monyet harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Pasien harus diberi cairan obat dan makanan untuk mempertahankan gizi yang memadai.
Antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar dilisensikan oleh European Medicines Agency (EMA) untuk monkeypox pada tahun 2022 berdasarkan data pada penelitian pada hewan dan manusia.
Baca juga: Harapan Hidup Sehat Rendah dan Kesenjangan jadi Tantangan Indonesia
Tecovirimat belum tersedia secara luas. Jika digunakan untuk perawatan pasien, tecovirimat idealnya harus dipantau dalam konteks penelitian klinis dengan pengumpulan data prospektif.
Terkait vaksinasi, WHO belum memberikan rekomendasi untuk vaksinasi massal dalam menghadapai monkeypox. Ada dua atau tiga negara yang sudah melakukan vaksinasi dan Indonesia juga sedang memproses untuk pengadaannya dan harus melalui rekomendasi dari Badan POM.