
G20 Indonesia. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina menjadi beban berat bagi Indonesia yang tengah memimpin Presidensi G20 tahun ini. Gonjang-ganjing forum G20 bakal bubar pun sempat berembus.
Direktur Eksekutif Bank Dunia, Wempi Saputra mengatakan untuk mencegah perpecahan, Indonesia mengadakan lebih dari 100 pertemuan bilateral dengan negara-negara anggota G20.
Baca juga: Arogansi Negara dalam Serangan terhadap Kampanye G20 Greenpeace Indonesia
“Bu menteri dari Februari sampai Oktober, saya juga bantu beberapa, itu bilateral 100 kali, beliau ke menteri keuangan, saya deputi. Hanya untuk mendengar aspirasi dari mereka,” kata Wempi, dilansir dari laman World Bank, Senin (14/11).
Pertemuan bilateral tersebut dilakukan secara langsung oleh Indonesia sebagai pemimpin G20 tahun ini. Namun ada juga beberapa pertemuan yang dilakukan melalui virtual.
Baca juga: Menko Luhut: Indonesia Bisa Menjadi Negara Maju di 2030
Salah satunya pertemuan dengan Rusia yang selalu dilakukan secara virtual. Baru pada rangkaian acara puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pekan ini ada pertemuan bilateral yang dilakukan secara fisik.
“Rusia pertemuannya virtual, baru fisik,” kata dia.
Wempi mengatakan dalam setiap pertemuan, Indonesia membujuk negara-negara anggota untuk hadir dalam setiap pertemuan G20. “Intinya menjaga keutuhan, kedua bareng-bareng menyelesaikan masalah global, krisis. Ketiga mereka juga memberikan kontribusi kepada kita untuk bidang kesehatan, digital energi,” tuturnya.
Upaya Indonesia ini pun yang membuat Indonesia mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai negara. “Mempertahankan forum itu sebagai salah satu keberhasilan presidensi, yang diakui semua negara G20. Mereka awalnya pesimis,” kata dia.
Selain itu negara-negara anggota G20 lainnya mengakui Indonesia tidak hanya mempertahankan keutuhan G20. Sebagai pemimpin presidensi Indonesia juga menyediakan ruang dialog.
“Dulu kan enggak mau (hadir). Kalau Rusia ngomong matiin kamera. Ada Rusia di ruangan mereka walk out,” tutup dia.