EDISI.CO, INTERNASIONAL- Demi membantu Ukraina mendapat persenjataan intensitas tinggi, pemerintah Amerika Serikat (AS) akan membeli 100.000 peluru artileri howitzer 155 milimeter dari Korea Selatan. Peluru-peluru itu tidak akan dikirim langsung oleh Korea Selatan, melainkan AS akan mengirim peluru itu ke Ukraina.
Karena kesepakatan itu, Korea Selatan tetap berpegang pada sikap mereka untuk tidak mengirim bantuan mematikan secara langsung kepada Ukraina. Korea Selatan sendiri sebelumnya menyatakan jika mereka hanya mengirim bantuan tidak mematikan kepada Ukraina, seperti pasokan medis hingga rompi anti peluru.
Baca juga: Iran Berhasil Bikin Rudal Balistik Hipersonik, Sehebat Apa Kemampuannya?
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyatakan mereka tidak akan mengubah pendirian Korea Selatan. Kementerian yakin “pengguna” peluru artileri itu adalah AS dan bukan negara lain.
“Negosiasi sedang berlangsung antara AS dan perusahaan Korea untuk mengekspor amunisi, untuk menutupi kekurangan persediaan amunisi 155mm di AS,” jelas Kementerian Pertahanan, dikutip dari CNN, Rabu (16/11).
Baca juga: Pesawat Terbesar di Dunia Akan Dibuat Kembali Setelah Hancur karena Perang
Namun kesepakatan penjualan itu mampu membahayakan Korea Selatan mengingat Korea Utara akhir-akhir ini kerap melakukan pengujian senjata dan rudal.
Laporan pengiriman peluru artileri Korea Selatan kepada AS muncul tidak lama setelah AS memperingatkan kiriman peluru artileri Korea Utara kepada Rusia.
Pengiriman senjata dan peluru kepada Ukraina atau Rusia telah menekan industri dan pasokan persenjataan negara-negara yang membantu.
“Tidak diragukan lagi itu memberi tekanan pada persediaan kita sendiri. Ini memberi tekanan pada basis industri kita sendiri. Itu benar dari sekutu kita,” jelas Colin Kahl, Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS.
Ukraina sendiri sangat bergantung pada serangan-serangan artilerinya untuk melawan pasukan Rusia. Stok peluru artileri Ukraina pun semakin menipis namun stok itu kembali terisi karena bantuan peluru artileri kiriman AS dan negara-negara Barat.
Kahl mengatakan peperangan yang memasuki bulan kesembilannya itu telah membuat industri pertahanan AS semakin gesit, lebih responsif, dan lebih tangguh.
Sebelumnya AS telah mengirim hampir satu jutaa peluru artileri kepada Ukraina. Pekan lalu, pejabat kementerian pertahanan Ukraina mengatakan jika Ukraina menggunakan 4.000 – 7.000 peluru artileri tiap harinya melawan Rusia. Sedangkan Rusia diperkirakan menggunakan 20.000 peluru artileri tiap harinya.
Meski artileri tetap digunakan, namun saat ini peperangan berfokus pada serangan-serangan udara melalui pesawat nirawak (drone).
Sebelumnya Pentagon AS menyatakan Korea Selatan memiliki industri pertahanan kelas dunia yang sering menjual produknya kepada sekutunya atau mitra.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol menyatakan dia ingin membawa Korea Selatan menjadi negara pemasok senjata terbesar keempat di dunia.