
Timnas Prancis. Dok; Ist.
EDISI.CO, OLAHRAGA- Kapten Timnas Prancis Hugo Lloris menegaskan, dirinya tidak akan mengenakan ban kapten pelangi selama Piala Dunia 2022. Hal itu ditujukan untuk menghormati hukum di Qatar selaku tuan rumah.
Sebelumnya, di bulan September sedikitnya delapan timnas dari 13 negara di Eropa mengkampanyekan “OneLove” yang mengartikan dukungan terhadap LGBTQ+.
Baca juga: 5 Pemain Mahal Inggris Gagal ke Piala Dunia 2022
FIFA sendiri menyatakan bahwa tim harus menggunakan peralatan yang disediakan oleh badan pengatur dan tidak diperbolehkan membawa desain ban lengan mereka sendiri ke piala dunia.
Kembali ke Lloris, dirinya menyatakan kalau sudah sepatutnya setiap tamu dari negara lain menghormati hukum di negara kedatangan.
Baca juga: Dua Lipa Ogah Tampil di Piala Dunia 2022 Qatar, Ini Alasannya
“Ketika kami berada di Prancis, ketika kami menyambut orang asing, kami sering ingin mereka mengikuti aturan kami, menghormati budaya kami, dan saya akan melakukan hal yang sama ketika saya pergi ke Qatar, sederhananya,” kata Lloris, dilansir dari sportnews, Jumat (18/11).
“Saya bisa setuju atau tidak setuju dengan ide mereka, tapi saya harus menunjukkan rasa hormat.” tambahnya.
“Ini adalah turnamen olahraga yang orang ingin datangi dan nikmati. Mengubahnya menjadi platform pernyataan politik menurut saya tidak tepat untuk olahraga, ”kata Al Khater.
“Yang kami minta adalah orang-orang menghormati budaya,” katanya, menambahkan bahwa “dari apa yang dia pahami” ada diskusi tentang pesan politik di turnamen tersebut.
Ditanya tentang kehadiran anggota komunitas LGBTQ di Piala Dunia, Amir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dari Qatar pada bulan Mei mengatakan “semua orang diterima di Doha”.
“Kami tidak menghentikan siapa pun untuk datang ke Doha dengan latar belakang berbeda, keyakinan berbeda, Qatar adalah negara yang sangat ramah,” kata amir kepada pers selama kunjungannya ke Berlin.
Dengan sorotan global yang ditempatkan pada Piala Dunia FIFA pertama di Timur Tengah, negara tuan rumah Qatar telah menjadi subyek pengawasan Barat yang tak henti-hentinya atas catatan hak asasi manusianya, terutama yang berkaitan dengan buruh migran.
Namun, para pejabat mengatakan banyak kritik dan kampanye untuk memboikot acara tersebut sebagian besar mengabaikan upaya yang dilakukan oleh Qatar untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk reformasi tenaga kerja yang meluas.
Kampanye Bukan Tanggung Jawab Pemain
Penjaga gawang Totthenham Hotspurs ini meminta rekan-rekannya untuk fokus pada pertandingan yang menjadi tanggung jawab mereka. Namun begitu, bukan berarti mereka tidak mendukung gerakan hak asasi manusia.
“Sebelum kita memulai sesuatu, kita membutuhkan persetujuan FIFA, persetujuan federasi (Prancis).”
“Tentu saja, saya punya pendapat pribadi tentang topik ini. Dan itu cukup dekat dengan presiden (federasi Prancis),” terangnya
Qatar Tidak Diskriminasi
Perlakuan Qatar terhadap anggota komunitas LGBQT yang masuk untuk Piala Dunia, serta pengibaran bendera pelangi menjadi topik hangat dalam beberapa bulan terakhir.
Berbicara kepada Sky News awal bulan ini, Nasser Al Khater, CEO Piala Dunia Qatar 2022, menegaskan bahwa tidak ada yang akan menghadapi diskriminasi selama piala dunia
“Pada akhirnya, selama Anda tidak melakukan apa pun yang merugikan orang lain, jika Anda tidak merusak properti publik, selama Anda berperilaku dengan cara yang tidak berbahaya, maka semua orang diterima dan Anda tidak perlu khawatir,” kata Al Khater.
Sementara negara Teluk mempertahankan undang-undang anti-LGBTQ+.