EDISI.CO, BATAM– Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Desember 2022 mengalami kenaikan sebesar 1,11% month to month (mtm). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan November 2022 yang mengalami deflasi sebesar -0,20% (mtm).
Inflasi pada Desember terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas angkutan udara, bayam, kangkung telur ayam ras, dan rokok kretek filter. Kenaikan harga cabai dan sayuran terjadi seiring permintaan yang meningkat selama masa liburan sekolah, perayaan Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu sejalan dengan peningkatan mobilitas di liburan akhir tahun, tarif angkutan udara juga mengalami peningkatan. Pada saat yang sama, IHK Nasional mengalami inflasi sebesar 0,66% (mtm), atau 5,51% (yoy).
Baca juga: Kunjungan Wisman ke Batam Terus Meningkat
Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,14% (mtm) dan 0,85% (mtm). Dengan demikian, secara year on year/yoy (IHK Desember 2022 dibandingkan November 2022), Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 5,83% (yoy). Capaian inflasi Kepri tersebut berada di posisi ke-3 terendah di antara Provinsi di Sumatera namun masih di atas target sasaran inflasi nasional sebesar 3 ± 1% (yoy).
Sejumlah upaya telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan inflasi agar tetap rendah dan stabil. Selama bulan Desember 2022, telah dilaksanakan operasi pasar murah di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten Lingga. Pelaksanaan operasi pasar murah juga disertai dengan kegiatan pemantauan harga di pasar yang dilaksanakan secara intensif khususnya pada komoditas penyebab inflasi.
Baca juga: Turnamen di Pesisir untuk Silaturahmi dan Persatuan
Selain itu, koordinasi TPID juga dilakukan secara intensif terutama menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru yang secara historis mengalami peningkatan harga. Dalam jangka panjang, TPID akan melanjutkan upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda dan penerapan integrated farming untuk menekan biaya produksi.
“Selain itu, pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) terus didorong untuk efisiensi rantai distribusi,” kata Wakil Ketua TPID Kepri, Adidoyo Prakoso dalam keterangan yang diterima.