
Edisi/ist
“Analisis pertemuan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, pada Jumat (5/5/2023) ini dibuat oleh Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad. Ia juga aktif sebagai pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM, Yogyakarta bidang Komunikasi Politik, Komunikasi Publik dan Pemasaran Politik.
Nyarwi merupakan alumnus the Media School, Faculty of the Media and Communication, Bournemouth University, UK dengan spesialisasi Komunikasi Politik dan Marketing Politik.
Catatan edisian
Pertemuan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh (SP), pada Jumat (5/5/2023) bisa dibaca dalam sejumlah perspektif. Pertama, pertemuan tersebut bisa saja dibaca sebagai pertemuan dua sahabat lama, yang sama-sama sudah lama berkiprah dalam panggung politik dan kepartaian di Indonesia.
Sebagaimana kita tahu, LBP meruapakan salah satu elit Partai Golkar, dan Surya Paloh dulunya juga pernah berkiprah di Golkar, meski sekarang sudah menjadi Ketua Umum Partai Nasdem
Kedua, pertemuan tersebut juga mengindikasikan, baik LBP maupun SP, sama-sama punya agenda politik dan kebangsaan jelang Pilpres 2024 mendatang. Saya kira keduanya memiliki tawaran-tawaran agenda yang hendak dibicarakan dan negoisasikan. Baik menyangkut politik kebangsaan maupun politik elektoral.
Terkait dengan pembahasan politik elektoral, misalnya, soal siapa saja yang potensial menjadi sosok Capres dan Cawapres dan siapa saja yang laik didukung dalam perspektif masing-masing. Tentu secara detail yang lebih tahu apa dan seperti apa agenda mereka, hanya mereka masing-masing atau orang-orang yang ada di lingkaran dekatnya.
Ketiga, peristiwa tersebut juga menandakan bahwa kerenggangan hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Surya Paloh kian nyata menjelang Pilpres 2024 mendatang. Pintu komunikasi politik Surya Paloh secara langsung kepada Presiden Jokowi tampaknya kian sempit. Keberadaan LBP dalam pertemuan tersebut juga bisa kita baca sebagai representasi dari orang dekat Presiden Jokowi.
Kita tahu LBP sudah lama menjadi orang dekat kepercayaan presiden Jokowi. Agenda yang dibawa LBP ketika bertemu Surya Paloh, saya kira tidak lepas dari agenda besar presiden Jokowi. Bahkan bukan tidak mungkin, LBP mengemban misi atau mendapatkan penugasan dari Presiden Jokowi, ketika menemui Surya Paloh. Paling tidak menyampaikan pesan-pesan dari Presiden Jokowi kepada Surya Paloh.
Sebagaimana kita tahu, sejak Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres awal Oktober 2023 lalu, kehangatan dan keakraban relasi Surya Paloh dengan Presiden Jokowi tampak makin memudar, dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Apakah pertemuan keduanya dapat menggoyang peta bursa 3 capres hari ini (Ganjar, Prabowo dan Anies), sehingga bisa berubah misalnya hanya dua capres saja, misalnya tanpa Anies, saya tidak yakin mengarah ke situ. Apakah pertemuan keduanya dapat mewarnai bursa Cawapres yang potensial mendampingi masing-masing tokoh tersebut, kalau itu menurut saya masih memungkinkan terjadi.
Namun, pertemuan tersebut saya kira belum mampu mengerucutkan bursa pasangan koalisi parpol ataupun pasangan Capres-Cawapres. Karena saat ini dan beberapa bulan ke depan, dinamika elit dan elektoral akan terus terjadi dan masih tercipta opsi-opsi yang terbuka.
Saya kira, variabel ketua-ketua umum parpol lainnya, khususnya yang tergabung dalam KIB dan KIR menjadi faktor penting yang menentukan, baik format pasangan koalisi parpol maupun pasangan capres-cawapres yang akan didaftarkan ke KPU pada bulan Oktober-November mendatang.