EDISI.CO, CATATAN EDISIAN– Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan jumlah kasus penyakit cacar monyet (dulu namanya monkeypox, kini mpox) mencapai 27 per 31 Oktober 2023. Kemungkinan besar kasus akan terus bertambah seiring dengan penyebarannya di komunitas tertentu.
Pada 13 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi satu kasus mpox dari Kembangan, Jakarta Barat. Jumlah itu kemudian meningkat jadi enam yang tersebar di berbagai titik di Jakarta (di antaranya Jatinegara, Mampang, Kebayoran, Setiabudi, dan Grogol Petamburan). Kini di Jakarta ada 22 kasus, empat di Banten dan satu di Bandung.
Sebenarnya, mpox terkonfirmasi di Indonesia pertama kali pada 19 Agustus 2022 dari seorang pemuda berusia 27 tahun. Dia memiliki riwayat perjalanan ke negara yang pernah melaporkan kejadian mpox, di antaranya Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis.
Sejak itu Indonesia menjadi bagian dari 115 negara dunia yang melaporkan kejadian kasus mpox. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan kasus total kumulatif mpox telah meningkat dari 79.411 kasus per 13 November 2022 (dari 110 negara) ke 91.123 kasus per 30 September 2023 (dari 115 negara). Jumlah pasien yang meninggal dalam periode yang sama juga naik dari 50 ke 157.
Kita perlu memahami bagaimana penularan penyakit ini terjadi, faktor risiko penularan, dan upaya yang efektif untuk mencegahnya lebih luas menyebar di Indonesia.
Mpox menular lebih sering lewat kontak dekat
Mpox merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus cacar monyet.
Secara klinis, penyakit mpox ditandai oleh sakit kepala, demam akut di atas 38,5°C, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), myalgia (nyeri otot), sakit punggung, asthenia (kelemahan tubuh), dan lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh).
Penularan penyakit ini terjadi bila seseorang bersentuhan dari orang atau hewan yang terinfeksi mpox. Siapapun bisa tertular mpox karena kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, di antaranya saat bicara face to face, pelukan, ciuman dan hubungan seks (vaginal, anal, dan oral seks). Bahkan seseorang yang menyentuh barang milik seseorang atau permukaan benda yang terinfeksi mpox dapat juga tertular mpox.
Baca juga: Tahanan Kasus Rempang Disangkakan dengan Tiga Pasal yang Tidak Ada dalam KUHP
Penularan lokal yang berturut-turut seperti di Jakarta merupakan bentuk indikasi bahwa sumber infeksi mpox berada di area yang sama dengan area pasien dilaporkan sebagai kasus positif.
Sumber tersebut menularkan dari satu orang atau tempat ke yang lain dan masih di wilayah tersebut. Penyakit ini dapat juga menyebar ke wilayah/kota besar lainnya yang mempunyai potensi risiko tinggi.
Sebagian besar kasus mpox yang dilaporkan WHO dalam wabah di banyak negara pada 2022 dan 2023 diidentifikasi di kalangan gay, biseksual, dan lelaki suka lelaki. Meski demikian, ada kemungkinan penularan kasus terjadi dalam kelompok orientasi seksual lainnya, termasuk orang yang memiliki banyak pasangan seks.
Apakah ada kemungkinan kasus di Jakarta merupakan kasus impor yang tidak terdeteksi sehingga menjadi kini kasus transmisi lokal?
Hal itu bisa saja terjadi, mengingat tingkat mobilitas penduduk Jakarta yang tinggi termasuk ke luar negeri. Masalah itu masih ditambah dengan keengganan atau penolakan para terduga pasien dan kontaknya dengan alasan pribadi untuk diperiksa di laboratorium jika telah timbul gejala mpox.
Kapan disebut sebagai kejadian luar biasa?
Pada November tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah nama penyakit dari “monkeypox” menjadi “mpox”. Langkah ini untuk mengurangi stigma karena wabah kejadian penyakit ini sebagian besar terjadi pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan seks dengan laki-laki atau biseksual. Sebelum diubah, nama monkeypox sudah digunakan sejak 1970.
Jika stigma berkurang, maka akan memudahkan proses intervensi kesehatan masyarakat dalam upaya meminimalkan dan mencegah penyakit mpox.
Mpox merupakan penyakit lama yang kembali berkembang dan meresahkan masyarakat.
Secara teoritis, bila satu kasus konfirmasi positif mpox, maka harus dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di wilayah tersebut.
Hal ini senada dengan WHO yang menetapkan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) pada 23 Juli 2022.
Baca juga: Jangan jadi Pelakor!
Namun dalam praktik kebijakan kesehatan, beberapa kasus mpox yang terjadi di Jakarta bulan ini belum dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini kemungkinan karena status kedaruratan Mpox ini telah dicabut oleh WHO pada 11 Mei 2023 dan berakhir Juni 2023.
Walaupun secara kumulatif kasus mpox bertambah, risiko global wabah mpox di berbagai negara saat ini dinilai masih moderat secara global. WHO wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat bahkan mengatakan risiko menjadi wabah global terbilang rendah.
Meski begitu, WHO tetap mengimbau semua negara untuk mencegah, deteksi dini, surveilans, perawatan, dan komunikasi risiko pada masyarakat perlu terus dilakukan.
Di level domestik, Pasal 353 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan mengatur penetapan KLB adalah kewenangan bupati, wali kota, gubernur atau menteri jika di suatu daerah terdapat penyakit atau masalah Kesehatan dan memenuhi kriteria.
Ayat 2 menyatakan ada tujuh kriteria untuk menyatakan KLB. Dari tujuh kriteria tersebut yang belum memenuhi kriteria dalam kasus mpox ini ada dua yakni huruf (d) yang menyatakan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, dan huruf (g) yang mengatur kriteria lain menurut menteri.
Walau kejadian mpox yang terjadi di Jakarta terus bertambah, dan belum dikatakan sebagai KLB, pemerintah pusat tetap menangani Monkeypox dengan prosedur standar KLB
Cara mengendalikan mpox
Ada sejumlah langkah untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran mpox.
Kementerian Kesehatan termasuk dinas kesehatan perlu melakukan surveilans dan investigasi epidemiologi terhadap kasus dengan gejala mpox.
Langkah lainnya untuk antisipasi adalah menyediakan sarana rumah sakit perawatan khusus kasus mpox dan laboratorium pemeriksa jika kasus terus bertambah.
Saat ini laboratorium rujukan pemeriksa mpox adalah Laboratorium Prof. Dr. Sri Oemijati di Jakarta, dan 15 laboratorium lainnya yang terkoneksi dalam Laboratorium Kesehatan Masyarakat di beberapa daerah. Di level masyarakat, jika kamu merasa memiliki gejala mirip terinfeksi mpox segera datangi dokter untuk periksa.
Pemerintah perlu melakukan vaksinasi pada komunitas tertentu yang berisiko untuk mencegah penularan virus cacar monyet. Namun hal ini tidak serta merta menyelesaikan masalah, karena bisa jadi menyebabkan perilaku seks berisiko bertambah karena mereka menganggap sudah ada vaksinnya.
Di level komunitas, kita perlu mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat, juga perilaku seks minim risiko, kepada siapa pun untuk mencegah infeksi penyakit menular ini.
Kambang Sariadji, Researcher and Policy Analysis in Laboratory Public Health, Health Policy and Development Agency, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.