EDISI.CO, SERUMPUN– Pintu kayu berukiran tradisional Jawa klasik yang dikenal sebagai “Gebyok” terpilih sebagai hadiah khusus seluruh Duta Besar asing di Brunei Darussalam kepada Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam.
Persembahan hadiah diberikan pada Resepsi Kepala Perwakilan Asing di Brunei Darussalam tanggal 27 Juli 2022 di Tarindak d’Polo, Bandar Seri Begawan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-76 Sultan Haji Hassanal Bolkiah.
Baca juga: BNPB Ikut Pelatihan Tingkat ASEAN
Resepsi peringatan HUT Sultan bersama para Duta Besar asing merupakan kegiatan rutin tahunan dengan hadiah yang dipersiapkan secara bergiliran dari setiap kawasan. Untuk kali ini, para Dubes kawasan Asia Tenggara didapuk memilih hadiah untuk Sultan Haji Hassanal Bolkiah, dan setelah berbagai pertimbangan, terpilihlah gebyok usulan dari Dubes RI.
“Kami sangat bangga akhirnya bisa mempersembahkan bingkisan indah yang kaya akan perpaduan budaya nusantara ini.Meskipun selama pandemi terdapat keterbatasan pengiriman dan logistik, akhirnya kami dapat mengirimkannya ke Brunei”, kata Dr. Sujatmiko, Duta Besar Indonesia sebagai Ketua Sub Panitia Hadiah Tahun 2021-2022 seperti termuat dalam laman kemlu.go.id edisi Jumat, 29 Juli 2022.
Selain untuk memperkenalkan keindahan gebyok beserta filosofinya, persembahan karya ukiran ini diharapkan juga akan mempromosikan produk kerajinan Indonesia berkualitas tinggi kepada warga Brunei.
Dibuat oleh perajin dari Jepara selama kurang lebih dua bulan, gebyok ini terbuat dari kayu jati solid berdimensi panjang 3 meter dan tinggi 2,7 meter. Pada bagian atas gebyok terdapat lambang Sultan Haji Hassanal Bolkiah, sementara pada kerangka intinya terdapat ukiran kaligrafi Arab dua kalimat Syahadat serta Lafzhul Jalaalah (Allah) dan nama “Muhammad” di kedua sisinya.
Pintu dan panel samping gebyok diukir dengan hiasan dekoratif bunga yang menggabungkan dua gaya ukiran Jawa. Pintunya diukir dengan motif khusus yang disebut “Majapahitan” dan panelnya diukir dengan motif bunga mawar yang merupakan motif krawangan “Kudusan”.
Kombinasi motif Majapahit dan Kudusan juga mengandung makna simbologis dan historis mendalam karena motif pertama mewakili periode pra-Islam kuno di Nusantara, sedangkan motif kedua mewakili periode Islam Nusantara yang didirikan oleh sembilan tokoh Ulama penyebar Islam di Nusantara (Wali Sanga).
Baca juga: 53 WNI di Kamboja Jadi Korban Penyalur Tenaga Kerja Palsu
Sebagai karya seni kriya tradisional, gebyok memadukan unsur seni asli nusantara dengan pesan-pesan keagamaan. Gebyok juga sarat dengan simbolisme spiritual dan sosial yang pada masa lalu digunakan sebagai pintu utama atau partisi ruangan pada rumah tradisional Jawa.
Seiring berjalannya waktu, nilai fungsional dan artistik gebyok lebih diutamakan dalam penggunaannya pada gerbang, koridor, partisi, ataupun sebagai aksentuasi dekorasi interior pada ruangan.