
Ilustrasi (pexels)
EDISI.CO, KESEHATAN– Peran suami atau calon ayah dalam mendampingi istri selama proses perawatan kehamilan memberi peran besar atas kemungkinan istri menjangkau layanan kesehatan.
Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, adalah program suami siaga. Program suami siaga adalah kampanye nasional yang dibuat pada awal tahun 2000 untuk mempromosikan partisipasi laki-laki dalam program kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Baca juga: Harapan Hidup Sehat Rendah dan Kesenjangan jadi Tantangan Indonesia
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agung Dwi Laksono dalam tulisannya “Riset: suami di perkotaan lebih banyak terlibat dalam pemeriksaan kehamilan istri dibanding suami di pedesaan” yang terbit di laman theconversation.com edisi 5 Agustus 2022, memuat berbagai data terkait dengan AKI dan posisi suami yang mempengaruhinya.
Dalam paparannya, Agung menjelaskan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia memang telah turun cukup signifikan, namun masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)pada 2030, yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010 seperti termuat dalam tulisan tersebut, AKI Indonesia berada pada angka 346 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Lima tahun kemudian, berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI turun menjadi menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Baca juga: Mendorong Layanan Kesehatan Presisi Melalui BGSi
Angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia pada 2015, yang menargetkan pada angka 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Bila dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan di Asia Tenggara, angka kematian ibu di Indonesia termasuk paling tinggi, tercatat 9 kali lebih tinggi dibanding Malaysia, 5 kali dibanding Vietnam, dan hampir 2 kali lipat dibanding Kamboja.
Strategi utama pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu adalah dengan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC). ANC merupakan upaya sejak dini untuk memantau dan menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan janin.
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, cakupan ANC pada kunjungan pertama mencapai 86,0%. Sedangkan kunjungan keempat ANC pada kisaran 74,1%. Masih ada lebih dari seperempat ibu hamil di Indonesia yang belum melakukan ANC dengan optimal.
Baca juga: IMUT, Inovasi Atasi Stunting dari Dua Kampus Sumut
Kehadiran suami dalam proses pemeriksaan kehamilan sampai persalinan yang dilalui istri sangat rendah. Kurangnya dukungan suami menjadi alasan perempuan menunda mencari perawatan kesehatan ibu.
Pada awal 2000, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan “Suami Siaga”. Kebijakan ini dirilis untuk menyikapi tingginya AKI di Indonesia. “Suami Siaga” merupakan kampanye nasional yang berupaya mempromosikan tentang partisipasi suami dalam program kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Hasil evaluasi sebelumnya, tahun 2012, menunjukkan keterlibatan suami dalam Suami Siaga terbukti bermanfaat meningkatkan pemanfaatan ANC di Indonesia.
Para suami yang mendukung pasangan mereka selama kehamilan dan persalinan menganggap diri mereka sebagai laki-laki modern. Para suami membiarkan istrinya memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat selama kehamilan dengan mengambil alih tugas domestik, di samping, tentu saja, tugas pokok sebagai suami.
Keterlibatan suami yang aktif, terbukti berkorelasi kuat dengan kewaspadaan dan peningkatan pengetahuan istri tentang tanda-tanda bahaya persalinan dan bayi baru lahir.