EDISI.CO, INTERNASIONAL– Temuan penyakit “Flu Tomat” (Tomato Flu) di Kerala, India pada 6 Mei 2022 lalu, tenyata bukan penyakit baru. Hasil tes swab dilakukan terhadap dua anak di Inggris yang diduga mengalami gejala flu tomat setelah kembali dari liburan keluarga di Kerala, mengungkapkan bahwa mereka terinfeksi enterovirus bernama coxsackie A16.
Coxsackie A16 menyebabkan penyakit tangan, kaki dan mulut (HFMD) – disebut demikian karena pasien memiliki lepuh pada telapak tangan, telapak kaki dan mulut.
Baca juga: Armada Hitam dalam Perjuangan Awal Kemerdekaan Indonesia di Australia
Principal Lecturer, Microbiology and Biomedical Science Practice, Fellow of the Institute of Biomedical Science, University of Brighton, Sarah Pitt, dalam tulisannya di theconversation.com edisi 30 Agustus 2022, mengatakan HFMD bukan jenis influenza, tidak ada hubungannya dengan tomat dan bukan penyakit baru sama sekali.
Juga, sama sekali tidak berhubungan dengan penyakit mulut dan kuku pada ternak.
Penyakit ini biasanya ringan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar satu minggu, meski penghilang rasa sakit dapat membantu.
Dalam tulisan berjudul “Wabah ‘flu tomat’ di India – inilah yang sebenarnya penyakit ini” menjelaskan kalau terkadang orang mengalami luka di mulut yang membuatnya sulit menelan, sehingga dehidrasi bisa menjadi masalah pada anak kecil.
Dalam kasus yang sangat jarang, orang tersebut dapat mengembangkan meningitis yang menular. Tapi penting untuk dicatat bahwa, sejauh ini, tidak ada kasus penyakit serius setelah “flu tomat” yang dilaporkan dari India.
Baca juga: Melihat Peran Suami dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu
Seperti banyak infeksi yang umum pada kanak-kanak, penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar melalui kotoran dan cairan yang menempel, sehingga orang tua disarankan agar menjauhkan anak-anak dengan HFMD dari sekolah atau tempat penitipan anak selama lima hari setelah gejala dimulai.
Masih dalam tulisan tersebut, kasus pertama penyakit misterius ini dilaporkan pada 6 Mei 2022. Sekarang ada lebih dari 80 kasus, dengan penyakit menyebar ke bagian lain India.
Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi adalah anak-anak di bawah usia lima tahun, dengan gejala termasuk suhu tinggi, nyeri sendi yang hebat, dan ruam. Anak-anak juga mengalami lepuh kemerahan dan menyakitkan, yang tumbuh seukuran tomat dan menjadi asal nama penyakit tersebut.
Baca juga: Harapan Hidup Sehat Rendah dan Kesenjangan jadi Tantangan Indonesia
Meski anak-anak bisa tidak sehat, sejauh ini belum ada laporan penyakit serius atau kematian. Semua penderita tampaknya mulai pulih.
Sebelumnya, dokter yang merawat anak-anak tidak yakin apa yang menyebabkan penyakit ini. Suhu, sakit, dan nyeri bisa disebabkan oleh sejumlah infeksi. Mereka berspekulasi bahwa itu mungkin akibat dari beberapa virus yang terdengar eksotis yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah dan chikungunya – atau bahkan cacar air.