
Edisi//vietnam.travel/
EDISI.CO, INTERNASIONAL– Pembatasan terhadap pelancong asal Rusia memberi dampak signifikan pada sektor pariwisata global. Hal ini karena wisatawan asal Rusia menempati urutan ke-7 dunia turis yang paling banyak mengeluarkan uang ketika melancong sebelum pandemi. Total dana yang dihabiskan turis Rusia bisa mencapai US$36 miliar (Rp 536 triliun) per tahunnya.
Uni Eropa menghentikan perjanjian visa dengan Rusia, yang selama ini memudahkan wisatawan Rusia memperoleh dokumen perjalanan. Sebelumnya, mereka melarang maskapai Uni Eropa dan Rusia untuk terbang dari dan menuju Rusia.
Mereka juga membatasi wisatawan Rusia untuk bisa mengakses kartu kredit internasional mereka. Pembatasan ini membuat banyak pelancong kaya asal Rusia berpindah haluan ke Dubai.
Baca juga: Masjid Berusia Ratusan Tahun Muncul dari Bendungan di India
Senior Lecturer in International Tourism Management, Glasgow Caledonian University, Michael O’Regan, dalam tulisannya “Perang Ukraina: pariwisata internasional terkapar akibat “hilangnya” para pelancong dari Rusia” yang termuat dalam laman theconversation.com edisi 10 September 2022, memuat beberapa destinasi dari berbagai negara yang terdampak oleh ketiadaan turis asal Rusia. Diantaranya:
Vietnam
Sebelum keteangan Rusia dan Ukraina pecah, Nha Trang di Vietnam berhasil menarik sejumlah besar wisatawan Rusia, sampai-sampai dijuluki “Little Russia” (Rusia Kecil). Wisata pantai tersebut berhasil pulih dengan cepat setelah terpaan pandemi berkat kembalinya pelancong asal Rusia. Rata-rata dari mereka menghabiskan US$1.600 selama kunjungannya ke Vietnam, hampir dua kali lipat jika dibandingkan wisatawan asing lain yang umumnya mengeluarkan US$900.
Kini, hotel-hotel kelas atas di Vietnam yang sebelumnya dibanjiri wisatawan Rusia, hampir-hampir kosong atau bahkan telah dijual. Bisnis pemandu wisata di sana pun turut terdampak.
Baca juga: 247 Warga Peru Belajar Bahasa Indonesia Semester II 2022
Thailand
Resor, toko-toko, dan bazaar di Phuket, Thailand, mestinya ramai dengan pengunjung dari Rusia. Namun, industri perhotelan di negara tersebut dirundung ketidakpastian setelah banyak warga Rusia membatalkan liburan mereka ketika maskapai negaranya terpaksa menghentikan penerbangan ke Phuket pada Maret 2022.
Walaupun Thailand tidak memberlakukan sanksi ekonomi ke Rusia, ini terjadi karena adanya pembatasan perjalanan udara di skala internasional dan karena perusahaan pembayaran Visa dan Mastercard membatasi operasi mereka.
Sebelum pandemi berlangsung, angka kedatangan asing mewakili 59% total kedatangan di bandar udara Phuket. Angka ini terpangkas menjadi 35% pada semester pertama 2022, saat wabah mulai surut dan orang-orang mulai bepergian.
Baca juga: Pemudi Serbia Tampilkan Sendratari Mandalika di Teater Nasional Beograd
Turki
Turki menarik tujuh juta pengunjung dari Rusia ke destinasi-destinasi wisatanya, seperti resor Mediterania di Anatolia, pada 2019. Anatolia merupakan tujuan populer bagi pelancong Rusia karena pantai-pantainya, paket wisata lengkap, dan visa kedatangan yang relatif mudah diperoleh. Kota tersebut menyambut lebih dari 3,5 juta wisatawan Rusia pada 2021.
Dengan prediksi bahwa kurang dari dua juta turis Rusia melakukan kunjungan pada 2022 dan berkurangnya pemasukan dari sektor pariwisata hingga US$4 miliar, para pekerja di Turki kehilangan mata pencahariannya. Ini datang berbarengan dengan naiknya harga bahan bakar minyak dan kebutuhan lainnya.
Hal ini merupakan pukulan telak bagi perekonomuan Turki. Sebab, kata Michael O’Regan mengutip Al Jazeera, tiap pengunjung di Turki menciptakan tiga pekerjaan temporer dan tiap dolar yang mereka habiskan menghasilkan pemasukan yang setara dengan US$2,50 bagi industri-industri yang mendukung jalannya resor-resor wisata.
Pemasukan dari sektor pariwisata berkontribusi hingga 13% dari pendapatan domestik bruto (PDB) Turki. Tak ayal, hilangnya uang yang mengalir dari dompet wisatawan menekan perekonomian negara tersebut.
Baca juga: Indonesia Siapkan Bantuan Rp7,1 Miliar untuk Bantu Pakistan
Michael O’Regan melanjutkan, dampak ini pun dirasakan oleh negara-negara kecil – seperti Siprus, Maladewa, Seychelles dan Republik Dominika – yang menerima kedatangan sejumlah besar turis Rusia setelah kebijakan lockdown dilonggarkan. Akibatnya, pemulihan sektor pariwisata pascapandemi di negara-negara tersebut hanya berumur pendek.
Sektor jasa di Siprus – termasuk pariwisata – menyumbang 80% ke perekonomian dan negara tersebut kini terancam kehilangan 2% PDB tahunannya apabila turis Rusia dan Ukraina tak melakukan kunjungan ke sana. Sementara itu, kunjungan wisatawan Rusia ke Kuba melonjak hingga 97.5% pada 2021.
Ketika pasar pariwisata terjerembap, rencana pemulihan ekonomi Kuba pun terpukul. Tahun ini, warga Rusia diperkirakan menyumbang 20% dari total turis asing yang mengunjungi Kuba – atau hanya setengah dari angka tahun lalu – dengan kunjungan wisatawan yang jauh lebih sedikit ke Varadero.
Sumber