EDISI.CO, NASIONAL- Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengakui bahwa realisasi penyaluran kredit kepada UMKM di Indonesia sangat rendah. Bahkan lebih rendah di antara negara-negara anggota ASEAN.
“Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN atau negara lain memang pangsa kredit UMKM di dalam total perbankan kita itu termasuk yang paling kecil hanya 20 persen,” tutur Sri Mulyani dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (2/12), dilansir dari laman Kemenkeu.
Baca juga: Tim Penilai IGA 2022 Cek Langsung Dua Inovasi Batam
Sri Mulyani menyebut penyaluran kredit perbankan untuk UMKM tahun ini baru mencapai 21 persen. Angka ini lebih baik dari sebelumnya yang hanya 19 persen.
Dari sisi debitur, total kredit UMKM hanya 1.275 debitur. Sedangkan total kredit perbankan secara keseluruhan telah mencapai 5.981 debitur. Oleh karena itu, tahun depan Presiden Joko Widodo ingin realisasi penyaluran kredit ke UMKM meningkat hingga 30 persen dari total kredit perbankan.
Baca juga: Cegah Praktik Monopoli, KPPU Bakal Kawal Pembangunan IKN
“Kepada UMKM bapak presiden meminta 30 persen dan sekarang ini terjadi kenaikan mencapai 21 dari tadinya hanya 19 persen,” tuturnya.
Sri Mulyani menekankan, target ini harus bisa direalisasikan. Mengingat ada negara lain yang mampu memberikan kredit kepada UMKM hingga 60 persen dari total debiturnya.
Sektor UMKM Masih Mendominasi
“Nah untuk itu pemerintah memberikan berbagai instrumen termasuk subsidi suku bunga terhadap kredit usaha rakyat. Kalau kita lihat kredit UMKM mayoritas atau dalam hal ini terbagi cukup merata antara kelompok menengah, mikro, dan kecil,” kata dia.
Meski begitu dia menyadari sektor UMKM di Indonesia masih didominasi perdagangan. Berbeda dengan negara lain, UMKM-nya sudah masuk di sektor industri.
“Kalau negara negara yang sudah industrialisasinya matang, UMKM adalah lebih ke produksi dan mereka cukup efisien. Ini adalah tantangan transformasi ekonomi yang harus kita upayakan,” pungkasnya.