EDISI.CO, BATAM– Masyarakat Pulau Rempang dari berbagai kampung menggelar kegiatan di Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Minggu (21/7/2024) pagi. Kegiatan yang digelar warga Rempang ini, berisi pernyataan sikap menolak rencana relokasi sebagai akibat dari PSN Rempang Eco-City. Sikap tolak relokasi harga mati ini terlaksana sekitar pukul 09.15 WIB.
Pernyataan sikap menolak rencana relokasi ditampilkan melalui pembentangan spanduk di sekitar pantai. Sebagai upaya masyarakat menjaga kampung, termasuk laut yang sudah menjadi ruang hidup masyarakat sejak dulu.
Selain pembentangan spanduk di pantai, warga juga menyelenggarakan kegiatan sosial, berupa pembagian sayur mayur hasil bumi Pulau Rempang, dan makan gratis bagi semua peserta yang ambil bagian.
“Pembagian sayur yang merupakan hasil bumi Pulau Rempang ini, menandai bahwa Pulau Rempang ini kaya dengan sumberdaya dan mampu menghidupi warganya,” kata Nia, salah satu warga.
Mayoritas Warga Menolak Relokasi
Banyaknya kegiatan masyarakat Pulau Rempang menyatakan diri menolak relokasi, menandai mayoritas masyarakat, utamanya dari lima kampung yang terdampak pada tahap pertama (Belongkeng, Pasir Panjang, Sembulang Hulu, Sembulang Tanjung, Sembulang Camping dan Sembulang Pasir Merah) menolak digusur.
Kampung ini kampung yang telah warga Melayu Rempang diami turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Baca juga: PSN Rempang Eco-City, Ditolak Warga, Digesa Pemerintah
Warga dari kampung-kampung lain di Pulau Rempang juga terlibat aktif menolak rencana relokasi warga. Seperti pada kegiatan menolak relokasi pada malam Hari Raya Iduladha 2024 lalu, hampir seribu warga yang ikut kegiatan, mulai dari pernyataan sikap, sampai pada agenda pawai takbir keliling.
Siti Hawa, Warga Rempang lain yang hadir, menuturkan banyak kegiatan warga yang melibatkan masyarakat Pulau Rempang secara luas. Warga bergerak secara swadaya. Kalau ada biaya yang harus dikeluarkan, mereka patungan sesuai kemampuan masing-masing. Pembagian tugas di lapangan, semua bekerja dan di posisi setara.
Apa yang warga lakukan ini sebagai pesan bahwa Masyarakat Pulau Rempang terus bergandeng tangan menjaga kampung dari ancaman penggusuran.
“Kampung kami adalah hak kami. Kami menolak relokasi harga mati,” kata Siti Hawa.
Siti Hawa melanjutkan, mereka yang tinggal di kampung-kampung di Pulau Rempang menolak digusur, karena tidak ingin identitas Melayu yang melekat di kampung-kampung ini hilang. Kampung-kampung yang ada di Pulau Rempang ini menandai adanya masyarakat Melayu di sini.
Kampung mereka di Pulau Rempang ini adalah ruang hidup yang tidak hanya tempat kami melakukan kegiatan ekonomi atau mecari makan, namun juga tempat kegiatan sosial budaya masyarakat.
Untuk itu, kampung-kampung yang ada di Pulau Rempang ini harus dikembangkan, bukan malah dihilangkan.
Kondisi Terkini Rempang
Pematokan tanpa melapor ke RT dan RW masih terus ada. Padahal sudah dicegah warga karena dinilai tidak melalui prosedur yang benar. Pematokan lahan ini memancing ketegangan antara masyarakat dan petugas. Warga khawatir akan terjadi keributan yang mengganggu kampung.
Warga juga masih merasa diintimidasi. Belum lama ini tiang listrik di Kampung Sembulang Hulu dirusak oleh orang tak dikenal. Bagian dasar tiang digali hingga condong. Warga yang tahu langsung melapor ke petugas terkait. Kalau sampai tiangnya roboh, pasti akan mengganggu kenyamanan warga.
Warga juga terganggu dengan aktivitas tim dari BP Batam yang keluar masuk kampung. Warga tidak nyaman berkegiatan karena kehadiran para petugas.
Kondisi itu memaksa warga kampung berjaga siang dan malam. Mereka mengantisipasi kehadiran petugas yang datang tidak dengan prosedur yang benar. Warga juga tidak mengizinkan orang luar kampung datang jika tidak memiliki kepentingan yang jelas.