
Ilustrasi SPBU. Dok; Ist.
EDISI.CO, NASIONAL- Masa depan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 dan awal tahun 2023 masih dibayangi kondisi suram. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad meminta agar pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) agar konsumsi rumah tangga dapat tetap tumbuh.
Selain tidak menaikkan harga BBM, menurut Tauhid agar pengeluaran konsumsi rumah tangga tetap bergerak positif, bantuan sosial masih menjadi opsi terbaik saat ini.
Baca juga: Sri Mulyani Soal Pengadaan Rumah untuk Jokowi: Tak Ada yang Kontroversial
“Menjaga konsumsi masyarakat tetap tumbuh dengan bantuan sosial, dan tidak menaikkan harga BBM,” demikian pemaparan yang disampaikan Tauhid dalam “Outlook Perdagangan Indonesia 2023” di Jakarta, dilansir dari Indef, Rabu (21/12).
Dia menuturkan, masa depan ekonomi global, termasuk Indonesia juga akan berimbas ke beberapa sektor. Khusus ekspor dan impor Indonesia, Tauhid menilai tren penurunan masih akan berlanjut di kuartal IV 2022. Untuk itu menurutnya perlu ada langkah antisipasi dari pemerintah.
Baca juga: Harga Telur Tinggi Jelang Nataru, Mendag Zulhas: Banyak Orang Buat Kue
Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga akan berdampak terhadap kredit perbankan. Sebab, dia menilai pada kuartal IV atau di 2023, Bank Indonesia masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan. Jika hal ini terjadi, kredit konsumsi secara otomatis akan berpengaruh.
“Untuk itu yang perlu dilakukan pemerintah yaitu menjaga dampak kenaikan suku bunga terhadap kredit konsumsi investasi dan modal kerja serta perang suku bunga antar bank. Selain itu, agar menurunkan pengaruh harga makanan dalam (volatile food) dengan ekstensifikasi dan intensifikasi beberapa komoditas strategis,” imbuhnya.
Diketahui, pada kuartal III 2022, konsumsi rumah tumbuh 5,39 persen secara year on year. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal II 2022 yaitu 5,51 persen.
Pertumbuhan yang tetap tinggi tersebut sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat, masih terbatasnya dampak penyesuaian harga BBM, serta adanya penyaluran bantuan sosial dan subsidi energi.