EDISI.CO, CATATAN EDISIAN– Stunting atau pertumbuhan terhambat karena gizi buruk merupakan tantangan serius yang mempengaruhi jutaan anak di banyak negara berkembang. Kementerian Kesehatan melaporkan tingkat kejadian stunting di Indonesia pada 2022 sekitar 21,6%. Angka tersebut di atas standar WHO yang menetapkan prevalensi stunting harus kurang dari 20%.
Stunting berefek jangka pendek maupun panjang yang sangat serius. Selain masalah tinggi badan, stunting juga memengaruhi kemampuan berpikir secara intelektual, gangguan metabolisme, keterbelakangan mental, dan daya tahan tubuh menurun. Anak-anak dengan gizi buruk lebih mudah sakit dan berisiko terkena penyakit serius seperti obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker. Penting untuk menemukan solusi yang efektif dan terjangkau untuk masalah ini.
Indonesia tak perlu repot-repot melakukan impor pangan untuk mengatasi stunting. Banyak pangan lokal yang sebenarnya potensial tapi masih kurang dimanfaatkan, salah satunya adalah kacang lima (Phaseolus lunatus L.).
Penelitian saya bersama tim yang terbit di Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences menunjukkan bahwa kacang lima, yang sering diabaikan dibandingkan kacang-kacangan lainnya, memiliki potensi besar sebagai makanan super. Kacang ini dapat mendukung kesehatan otak, meningkatkan daya ingat, dan membantu pemulihan dari gizi buruk.
Kacang lima berasal dari wilayah Peru di Amerika Selatan. Inilah mengapa kacang ini dikenal sebagai kacang lima dalam bahasa Inggris. Awalnya, kacang ini digunakan di Indonesia sebagai tanaman penutup tanah.
Kini, kacang lima tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Setiap daerah memiliki nama tersendiri untuk kacang ini, seperti kacang kratok di Jawa dan kacang paga di Padang. Di daerah lain, kamu mungkin mendengar kacang ini disebut kara legi, kara manis, atau kara bithik.
Mengapa kacang lima istimewa?
Kacang lima kaya akan karbohidrat kompleks, serat, vitamin, dan mineral penting seperti zink, besi, dan kalsium. Selain mengandung protein tinggi—hingga 25% per 100 gram, kacang lima juga mengandung asam-asam amino yang berperan penting dalam pemulihan nutrisi.
Kami melakukan percobaan pemberian tepung kacang lima selama enam minggu sebagai suplemen untuk tikus yang mengalami malnutrisi. Hasilnya, selama waktu tersebut, berat badan tikus ternyata meningkat signifikan. Begitu juga panjang tubuh, dan ukuran lainnya dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi pakan dengan kandungan protein 6% yang sudah didesain untuk pembuatan hewan model tikus malnutrisi.
Peningkatan berat badan tikus menunjukkan bahwa kacang lima berpotensi sebagai sumber nutrisi yang dapat mempercepat pemulihan pertumbuhan fisik.
Selain protein, kacang lima mengandung senyawa alami seperti genistein, luteone, dan kaempferol, yang memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi (mengurangi peradangan). Senyawa-senyawa ini membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat stres dan peradangan, yang sering dikaitkan dengan penurunan fungsi otak.
Manfaat tersebut juga terbukti dalam riset kami. Tikus yang mendapatkan pakan tepung kacang lima juga menunjukkan peningkatan kepadatan neuron (sel-sel saraf) di korteks serebral dan hipokampus (bagian otak yang mengatur ingatan dan berpikir). Sel-sel neuron tikus yang rusak juga berkurang—menunjukkan bahwa kacang lima berkontribusi terhadap perlindungan saraf.
Peluang pemanfaatan kacang lima di Indonesia
Kita perlu memanfaatkan pangan lokal. Sebab, selain harganya lebih terjangkau, pangan lokal lebih mudah diakses masyarakat.
Baca juga: Kabar Baik Realisasi Pajak Daerah Batam jelang Tengah Tahun 2024
Pengembangan pangan lokal yang sesuai dengan ekosistem setempat akan sangat menunjang pola makan yang lebih sehat dan beragam. Kita juga dapat mengurangi ketergantungan pada makanan olahan.
Kacang lima adalah tanaman yang mudah tumbuh dan cocok untuk ditanam di berbagai iklim, sehingga akan sangat berguna untuk daerah-daerah yang menghadapi kerawanan pangan. Cara pengolahannya pun cukup mudah dan beragam, dapat direbus, dipanggang, atau dihaluskan.
Kacang lima juga dapat dimasukkan ke dalam berbagai jenis makanan seperti sup dan gulai. Di Sumatra Barat, kampung halaman saya, kacang ini secara tradisional sering menjadi campuran gulai khas Minangkabau, contohnya gulai sambalado tanak kacang paga (kacang lima).
Saat ini, produksi kacang lima di Indonesia masih terbatas. Jika kita berkunjung ke pasar tradisional, ketersediaan kacang ini kadang ada, kadang tidak, karena kurang populer. Oleh karena itu, kita perlu membudidayakan kacang lima lebih intensif. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi kacang lima, kita dapat mendorong penganekaragaman pangan lokal sekaligus meningkatkan gizi masyarakat.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun ini. Target ini dapat dicapai jika semua pihak bekerja bersama-sama dan terintegrasi, mulai dari perbaikan lingkungan seperti penyediaan air bersih, sanitasi, dan rumah yang sehat, hingga pemberian gizi yang tepat.
Dengan memasukkan kacang lima ke dalam diet, kita tidak hanya mendukung kesehatan otak dan pertumbuhan fisik, tetapi juga berkontribusi pada solusi berkelanjutan untuk penanganan stunting dan kesehatan global.
Penulis: Rita Maliza, Assistant Professor, Department of Biology, Universitas Andalas
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.