EDISI.CO, BATAM- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam kembali menggelar kegiatan Museum Batam Raja Ali Haji Goes To School. Kali ini bertempat di SMA Negeri 25 Batam, Senin (23/5/2022).
Kegiatan tersebut Disbudpar menghadirkan narasumber dari Narasumber dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Batam, Edi Sutrisno. Di depan para pelajar Edi menjelaskan tentang sejarah peradaban Batam, mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.
“Museum merupakan sumber informasi, adik-adik sekalian bisa luangkan waktu 20 menit sudah bisa melihat dari informasi masa Riau Lingga sampai infrastruktrur sekarang,” katanya juga sebagai Direktur Eksekutif Badan Promosi Daerah (BPPD) Kota Batam.
Baca juga: Makan Seafood Sambil Main Jetski di Slimmoza 21
Dalam acara tersebut, Edi menjelaskan tentang Nong Isa merupakan Raja Isa Ibni Raja Ali Marhum Pulau Bayan Yang Dipertuan Muda V. Raja Isa lahir Hulu Sungai Nongsa, ia juga dipanggil sebagai Nong Isa yang merupakan nama timang-timangnya dulu. Dalam literatur sejarah Nong Isa memengang perintah atas Nongsa dan rantau kurang lebih selama lima tahun, yang dikeluarkan oleh Komisaris Jenderal, Sultan Abdul Rahmansyah yang menjabat pada tahun 1812-1832 Masehi dan Yang Dipertuan VI Raja Ja’far pada tahun 1808-1832 Masehi bertepatan dengan Hari Jumat, 18 Desember 1829 Masehi.
Adapun Raja Isa mangkat dihulu sungai Nongsa pada tahun 1831 Masehi, naskah asli terhadap pemerintah kepada Nong Isa berada di Museum nasional Jakarta berdasarkan literatur sejarah dan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2009. Tongak kepemerintahan Nong Isa, ditetapkan sebagai Hari Jadi Batam (HJB).
Minamisebo atau dikenal Tugu Jepang yang berada di Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang. Sebagai informasi tugu ini dibangun pada tahun 23 Agustus 1981 oleh Rempang Frienship Association (RFA) sebuah lembaga non profit yng dibentuk oleh warga Jepang untuk mengenang serdadu Jepang yang tewas saat menunggu kepulangan mereka ke tanah air pasca pemerintah Jepang bertekuk lutut di tangan sekutu.
“Dari 112.708 ada 128 serdadu meninggal saat menunggu kepulangan,” sebutnya.
Kini jejak-jejak bekas peninggalan Jepang berdiameter 3 kali 3 meter ditembok monumen terpampang nama-nama eks Tentara Jepang yang perna singgah menetap di Sembulang, lengkap dengan foto-fotonya masing-masing.
Lanjut dia, Presiden Kedua Indonesia, Soeharto memerintahkan Ibnu Sutowo membangun Batam berbasis logistik minyak dunia. Kemudian pada tahun 1978, B. J. Habibie perna membangun Batam selama 20 tahun. Ia meletakkan dasar pembangunan Batam dan menjadikan Batam sentral diantaranya perdagangan, jasa alih kapal, dan pariwisata.
“Kita patut bangga Batam dipimpin oleh pemimpin yang hebat,” terangnya.
Sama halnya yang memimpin Kota Batam sekarang, yakni Wali Kota Batam, Muhammad Rudi dan Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad yang telah mempersiapkan Kota Batam, seperti mengembangkan infrastruktur seperti jalan dalam konsep pariwisata.
Di lokasi sama, Kepala UPT Museum Batam Raja Ali Haji, Senny Thirtywani, mengajak kepada pelajar untuk mengunjungi museum pertama Batam yang berlokasi di Dataran Engku Putri, Batam Center. Ia menyampaikan, selain sejarah peradaban Batam, museum juga punya koleksi yang ada di masa Melayu, seperti permainan rakyat jong, baju Melayu, batik, alat musik dan sebagainya.
“Lengkapnya adik-adik berkunjung ke museum,” ucapnya.
Baca juga: KJRI akan Promosikan Kegiatan Kepariwisataan Batam di Johor Bahru
Kegiatan Museum Batam Raja Ali Haji Goes To School sudah berlangsung tiga kali. Sebelumnya berlangsung di SMPN 6 dan SMPN 12. Dan pertama kali museum berkunjung ke SMAN.
Kepala Sekolah SMAN 25 Batam, Syurman Rizal memgucapkan terima kasih atas kunjungan Museum Batam Raja Ali Haji ke SMAN 25 Batam. Ia berharap pertemuan tersebut dapat menambah wawasan pengetahuan pelajar tentang sejarah khususnya mengenal sejarah Kota Batam.
“Berterima kasih, semoga informasi ini merangsang potensi pelajar menjadi budayawan dan mencari tau tentang sejarah,” ucapnya.
Kepala Disbudpar Kota Batam, Ardiwinata mengatakan keberadaan Museum Batam Raja Ali Haji berawal dari survei bahwa banyak daerah dikunjungi karena ingin melihat galeri dan museum. Saat itu, Batam belum memiliki museum. Dengan begitu, pihaknya terpikirkan untuk menghadirkan museum tersebut.
“Harapan kami, dengan adanya museum ini, semua pihak seperti pelajar Kota Batam mampu mengetahui sejarah di Kota Batam,” katanya.