EDISI.CO, BATAM- PT. Bandara Internasional Batam (BIB) yang menaungi konsorsium PT. Angkasa Pura (AP) 1 memegang sebesar 51 persen saham, Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan sebesar 30 persen dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memegang saham 19 persen, akan menghadirkan konsep baru bagi bandara Batam.
Direktur Pelaksana Badan Usaha Pelaksana PT. BIB Pikri Ilham Kurniansyah seperti termuat di laman bisnis.com edisi 30 Juni 2022, mengatakan pihaknya ingin mengubah bandara, dari serving the market to creating the market. Dari melayani pasar menjadi penciptaan pasar.
Baca juga: 370.000 Orang Padati Bandara Batam Pada Mei 2022, PT. BIB Dorong Peningkatan Layanan
Selama ini, kata Ilham, Batam sudah berusaha puluhan tahun membuka penerbangan internasional, namun masih belum dapat jalannya. Melalui kerja sama dengan IIAC, menjadi usaha untuk membuka pasar internasional melalui Incheon. Dengan penerbangan Batam-Incheon, akan terbuka ke seluruh dunia.
“Yang paling dekat Asia Timur (China, Korea dan Jepang), kemudian ke Amerika, Eropa. Dengan begitu, pasar ekspor kita akan lebih mudah sampai ke destinasi melalui Incheon. Incheon penting dalam konsorsium ini untuk membuka pasar. WIKA tentu dengan kemampuan pembangunan infrastruktur berkolaborasi untuk penyediaan infrastruktur,” kata Ilham dalam laman tersebut
Baca juga: Kagama Batam Sambut Peserta KKN UGM “Anambas Project” 2022
Ilham melanjutkan, pihaknya tidak hanya membangun bandara dalam konsep bangunannya saja, tetapi juga fungsinya. Kita ingin mengubah konsep bandara yang hanya tempat naik dan turun penumpang, menjadi ekosistem bisnis.
“Jadi kalau kita lihat beberapa bandara yang ada tokonya. Maka sebenarnya kita ingin bangun toko yang ada bandaranya, pusat bisnis yang ada bandaranya. Kita selalu membangun rumah yang ada tamannya, kenapa tidak kita bangun taman yang ada rumahnya,” kata Ilham lagi.
Baca juga: Tahun Depan, Tenaga Honorer Tak Lagi Direkrut
Dalam konsep pengembangan pasar ini, PT. BIB ingin menjadi hub-nya cargo. Dengan menjadi hub, maka kekuatan ekspor Batam dan Indonesia akan lebih bagus lagi. Pihaknya juga ingin menciptakan e commerce centre di Batam, sekarang e commerce centre adanya di Malaysia dan di negara lain.
“Kenapa Indonesia tidak punya e commerce centre, padahal Batam ini adalah FTZ, ini peluang besar untuk menjadikan e commerce centre. Dengan e commerce centre, maka bisnis e commerce centre itu kurang dari 48 jam barang sampai ke pemesan. Kalau sekarang masih di kisaran 7 hari. Ini juga peluang yang harus kita kembangkan,” tutupnya.