
Edisi/kppu.go.id
EDISI.CO, BATAM- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah 1 menemukan adanya indikasi sebab tidak kompetitifnya harga tiket kapal Batam-Singapura.
Kepala Kantor Wilayah I KPPU, Ridho Pamungkas, menyimpulkan bahwa dari temuan sementara dalam kasus harga tiket kapal, terjadi kenaikan harga secara bersama-sama yang mengarah pada adanya kesepakatan harga di tingkat harga yang cenderung tidak kompetitif.
Baca juga: Info Lowker Batam, Mie Tarempa Berkat Buka Lowongan Waiter untuk Lulusan SMA
“KPPU tidak dalam konteks menghitung harga tiket, tapi mendorong adanya kompetisi di antara operator pelayaran dalam menawarkan harga, kualitas, dan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Ketika terjadi kompetisi, otomatis harga yang dibayar konsumen sesuai dengan yang mereka dapatkan,” ujar Ridho seperti termuat dalam laman resmi KPPU edisi 18 Juli 2022.
Ridho menjelaskan, dalam proses penelusuran ini, KPPU berangkat dari laporan masyakat, KPPU akan meningkatkan ke tahap penyelidikan apabila ditemukan minimal satu alat bukti. Saat ini pihaknya sedang melakukan proses klarifikasi terhadap laporan masyarakat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Baca juga: 71,9 Persen Nakes Kelelahan, Juga Dihadapkan pada Tekanan Ekonomi
“Prosesnya masih on the track,” tutupnya di laman yang sama.
Seperti diketahui, usai rapat koordinasi dengan DPRD Kepri, KPPU Kanwil I melanjutkan diskusi dengan beberapa pelaku usaha dan asosiasi yang bernaung di bawah Kadin Batam untuk mendapatkan informasi dari pelaku usaha, khususnya pelaku usaha di sektor pariwisata dan pelabuhan penumpang.
Kegiatan diskusi yang dilaksanakan di Graha Kadin Batam dihadiri oleh asosiasi pelaku usaha pariwisata antara lain ASITA, GIPI, HPI, ASPPI, pengelola pelabuhan antara lain Nongsa Terminal, Sekupang Ferry Terminal, Harbor Bay Ferry Terminal, Batam Center Terminal, BUP BP Batam, dan pelaku pariwisata lain.
Informasi yang hampir senada juga disampaikan oleh pelaku usaha pariwisata yang merasa prihatin dengan kondisi mahalnya pelayaran ferry dari dan menuju Singapura.
Ketua ASITA Kepri, Eva Betty, mengatakan bahwa hal tersebut sangat merugikan perekonomian Batam yang masih pada fase pemulihan ekonomi. Kedatangan wisatawan dari Singapura diharapkan dapat meningkatkan hunian hotel, mengisi obyek-obyek wisata di Kepri dan menggairahkan usaha-usaha pariwisata yang lain.
Hal lain yang juga disinggung dalam pertemuan tersebut adalah masih tingginya biaya pengurusan Visa on Arrival (VoA) untuk masuk ke Batam.