EDISI.CO, SERUMPUN– Armada Hitam menjadi istilah yang muncul dalam perjuangan orang-orang Indonesia di Australia menjaga jalannya pemerintahan di awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Armada Hitam juga mendorong pemerintah Australia mengakui kemerdekaan Indonesia dan menjadi awal hubungan baik Indonesia-Australia.
Sessional Academic and Researcher, The University of Queensland, Ahmad Rizky M. Umar, dalam tulisannya yang termuat di laman theconversation.com edisi 16 Agustus 2022, memaparkan Armada Hitam adalah gerakan memboikot kapal-kapal dagang Belanda yang bersandar di Pelabuhan Brisbane.
Baca juga: Lomba Speedboat di Belakangpadang, Drama dan Suka Cita Masyarakat Pesisir
Pada akhir bulan September 1945, kru kapal dan pekerja Indonesia di Brisbane dan Sydney melakukan mogok kerja dan memboikot kapal-kapal Belanda yang akan mengangkut logistik untuk keperluan pendudukan Belanda di Indonesia. Para pekerja Indonesia tersebut bernaung di bawah payung Serikat Pelaut Indonesia (Indonesian Seamen Union/Sarpelindo).
Dalam tulisan berjudul “Tidak hanya di tanah air, perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia juga dilakukan di Australia” itu, Ahmad Rizky menuturkan kalau pemogokan disambut baik oleh para pekerja Australia.
Pada 25 September 1945, tidak kurang dari 1.400 anggota Serikat Pekerja Pelabuhan di Brisbane mendukung secara resmi pemogokan ini dan menyatakan bahwa para perwakilan Pemerintah Belanda di Australia tidak boleh mengganggu jalannya pemerintahan yang baru saja dibentuk oleh rakyat Indonesia.
Sekitar 25 Serikat Pekerja lain di negara itu, di antaranya Serikat Pekerja Transportasi, Serikat Pekerja Pelaut, dan Serikat Pekerja Kelistrikan, juga menyatakan dukungan. Bahkan dukungan pun datang dari beberapa serikat pekerja dari latar belakang negara lain, seperti Serikat Pekerja Kelautan Melayu, Serikat Pekerja Pelaut India, dan Serikat Pekerja Pelaut Tionghoa.
Baca juga: Harapan Hidup Sehat Rendah dan Kesenjangan jadi Tantangan Indonesia
Selain Armada Hitam, Ahmad Rizky juga menuliskan pergerakan lain yang mendukung pemerintahan Idonesia di awal kemerdekaan di Australia seperti Solidaritas Serikat Pekerja Queensland.
Juga pergerakan Mohammad Bondan, aktivis yang aktif di PNI pada tahun 1920-an dan dekat dengan Mohammad Hatta – wakil presiden Indonesia pertama dan Sutan Sjahrir bersama Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM) sebagai corong perjuangan kemerdekaan Indonesia di Brisbane.