EDISI.CO, BATAM- Batam merupakan salah satu kota metropolitan yang terkenal dengan wisata belanjanya. Namun, tak banyak yang tahu bahwa Batam juga memiliki lokasi wisata sejarah yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Salah satunya yakni Museum Raja Ali Haji yang terletak di Dataran Engku Putri, Batam Center.
Berdasarkan pantauan tim Edisi di lokasi, pada Minggu (25/9), museum yang dibuka sejak 2019 ini memiliki beragam koleksi peninggalan sejarah mulai dari sejarah Kerajaan Riau Lingga, Temenggung Abdul Jamal, masa kemerdekaan Indonesia, hingga perjalanan kota Batam jaman dahulu. Tak terkecuali sejarah asal mula Kampung Boyan yang ada di kawasan Jodoh, Batam
Jodoh merupakan salah satu kawasan ekonomi yang terkenal di Batam. Sebelum menjadi salah satu pusat perekonomian masyarakat Batam, Jodoh di tahun 1970-an hanyalah hamparan tanah luas yang didiami oleh para migran dari beragam daerah nusantara, tak terkecuali para perantau asal Bawean, Jawa Timur.
Baca juga: 100 Wisman Vietnam Kunjungi Museum Batam Raja Ali Haji
Masyarakat asal Bawean itu kemudian mendirikan sebuah kampung yang dinamai kampung Bawean. Tersebab diucapkan oleh lidah yang tak tunggal-asal, orang-orang akhirnya lebih akrab menyebutkan “Boyan” ketimbang nama aslinya.
Kampung Boyan pada era itu terletak bersebelahan dengan kampung Melayu. Tidak ada marka batas tegas antarkeduanya, hanya berjaraK beberapa tombak saja dan di selingi oleh pohon getah.
Kawasan Jodoh pada pada masa itu tengah giat-giatnya bermetamorfosa. Di penghujung dekade 70-an, Jodoh menjelma menjadi urban center dan perlahan mulai menggantikan peran Duriangkang sebagai sentra niaga paling penting di Batam.
Baca juga: Asita Kepri Minta Biaya Visa Kedatangan Wisman Dihapus
Para anak-anak muda tak terkecuali mereka yang berada di kampung Boyan menjadikan kawasan Jodoh sebagai tempat untuk mereka bersantai menghabiskan waktu luang.
Pada salah satu foto yang terpampang di museum Raja Ali Haji, memperlihatkan suasana Jodoh pada tahun 1978. Sekumpulan anak-anak muda mengenakan selana cutbray tengah asyik bergaya, mengabadikan momen-momen santai mereka berlatar Jodoh yang rapat ditumbuhi pepohonan getah.
Setelah Jodoh terbakar kali kedua di tahun 1982, warga yang tinggal di kawasan tersebut terpaksa hijrah ke sejumlah titik yang disediakan oleh Otorita Batam, seperti Nagoya, Pelita, Blok 1-6, Bengkong hingga Sei Panas. Warga Boyan pun demikian, pindah berpencar namun sebagian besar dari mereka eksodus ke Sei Panas.
Jika kita perhatikan baik-baik, di salah satu pintu masuk daerah Sei Panas yang berada di pertigaan jalan, terdapat sebuah gerbang beton berplang besar bertuliskan ‘Kampung Boyan’. Disitulah kebanyakan warga Boyan eks Kampung Jodoh kini tinggal.
Penulis: Ivan