EDISI.CO, NASIONAL- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan Indonesia perlu melakukan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya pelemahan kinerja perekonomian dunia akibat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga. Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers APBN KITA di Jakarta, Senin (26/09).
Meski begitu, kegiatan ekonomi Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang positif dilihat dari mobilitas masyarakat yang sudah berada di atas level pandemi. Menkeu juga menjelaskan distribusi kinerja Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur secara global mengalami penurunan dari 51,1 ke 50,3.
“Namun bila dilihat pada negera G20 dan ASEAN-6, hanya sejumlah 24 persen negara yang aktifitas PMI nya mengalami akselerasi dan ekspansi atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sejumlah negara tersebut termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam, dan Arab Saudi,” jelasnya, dikutip dari laman Kemenkeu.
Baca juga: Polisi Diminta Proaktif Ungkap Pelaku Peretasan Awak Media Narasi
Selain itu, lanjutnya, kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan bulan Agustus 2022 juga semakin membaik, yaitu tumbuh hingga 5,4 persen. Indonesia sampai dengan semester 1 Tahun 2022 ini, level dari GDP kita sudah 7,1 persen di atas level sebelum terjadinya pandemi.
“Ini berarti kita sudah recover dari sisi level ekonominya. Namun negara seperti Meksiko, Thailand, dan Jepang, GDP levelnya hari ini masih di bawah pre pandemi level. Artinya mereka sama sekali belum pulih,” ucap Menkeu.
Perbaikan kinerja ekonomi Indonesia tentunya tidak lepas dari dukungan di berbagai sektor, diantaranya kinerja ekspor yang cukup impresif, sehinga mencatatkan surplus pada neraca perdagangan mencapai USD 5,76 miliar hingga Agustus 2022.
“IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 5,3, Bank Dunia di 5,1, ADB 5,4, dan Bloomberg konsensus forecast di 5,2. Untuk tahun depan masih relatif stabil. IMF memprediksikan perekonomian Indonesia di 5,2, Bank Dunia di 5,3, ADB masih di 5,0, dan Bloomberg forecast konsensus di 5,0,,” tutur Sri Mulyani.
Baca juga: Terapkan Islam Washatiyyah di Indonesia, Ma’ruf Amin: Perlu Peran Optimal Ormas Islam
Hal ini menggambarkan bahwa confidence dan juga kinerja dari perekonomian Indonesia dianggap cukup resilience terhadap kemungkinan terjadinya perlemahan ekonomi global. Ini tentu sesuatu yang positif tapi perlu kita jaga.
Capaian itu tentunya tidak lepas dari kinerja positif Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai pondasi utama dalam mengantisipasi ketidakpastian perekonomian global, serta dampak inflasi.
“Kondisi inilah yang terus akan kita monitor dan tentu kita kelola untuk tidak berimbas terlalu besar pada perekonomian dalam negeri dan juga pada kinerja dari APBN kita. APBN terus akan bekerja sangat keras untuk melindungi masyarakat dan perekonomian, serta melindungi APBN sendiri dari guncangan guncangan yang terjadi akibat gejolak yang terjadi di pasar keuangan Global, pasar komoditi, maupun geopolitik,” pungkas Menkeu.