EDISI.CO, INTERNASIONAL– “Pada akhirnya, (ini tentang) menyeimbangkan kebutuhan generasi sekarang dan generasi mendatang, dan mengatakan kepada mereka bahwa ya, kita harus mengontrol kelayakan fasilitas tertentu dan akses ke perumahan, karena kita perlu mendapatkan tanah untuk orang yang belum lahir, yang tidak bisa memilih, yang tidak bisa angkat bicara, dan menjaga pilihan bagi mereka,”
Pernyataan di atas adalah penuturan dari Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Desmond Lee kepada khalayak internasional pada hari Kamis (4/5/2023).
Saat itu, Desmond berbicara pada sesi pleno di Universitas St Gallen, Swiss tentang pemikiran jangka panjang di era “krisis permanen”, setelah upacara pembukaan simposium yang menyatukan para pemimpin dari bisnis, politik dan sains.
Baca juga: BP Batam Perketat Pengamanan Pelabuhan Sekupang
Desmon menjelaskan perihal kebijakan Singapura dalam membuat keputusan tentang tata guna lahan dan infrastruktur, hal tersebut merupakan tindakan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan mengisi masa mendatang. Termuat dalam laman straittimess.com edisi 5 Mei 2023.
Dalam tulisan yang dibuat oleh Jean Iau tersebut, Desmond mereferensikan pepatah tentang bagaimana orang tidak mewarisi bumi dari nenek moyang mereka, tetapi hanya meminjamnya dari anak-anak mereka.
“Terkadang itu berarti membuat keputusan yang sulit–apakah itu penggunaan lahan, dan penggunaan lahan versus perumahan, penggunaan lahan versus konservasi, penggunaan lahan versus perawatan kesehatan, terkadang membuat orang kesal, karena itu untuk kepentingan kelompok lain atau generasi lain,” kata dia.
Untuk mengilustrasikan kelangkaan tanah di Singapura, Desmond mengatakan bahwa Singapura memiliki dua pertiga populasi Swiss yang diperas menjadi kurang dari dua persen dari luas daratannya.
“Kami adalah negara-kota, yang berarti tidak ada Rencana B, tidak ada kota alternatif. Kota adalah negara dan (apakah) kota berhasil atau gagal, itu menentukan nasib bangsa,” kata dia lagi.