EDISI.CO, BATAM– Neraca perdagangan Kota Batam mencatatkan kinerja positif. Pada April 2023, neraca perdagangan Kota Batam surplus sebesar USD 101,87 juta. Surplus perdagangan ini disebabkan nilai ekspor Kota Batam yang tercatat USD 1,14 miliar, lebih tinggi dari nilai impor yang mencatatkan USD 1,04 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan Kota Batam sejak Januari hingga April 2023 mencapai USD 335,09 juta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mencatatkan, secara bulanan (mtm) ekspor Kota Batam pada April 2023 menurun sebesar 7,61% (mtm) bila dibandingkan dengan bulan Maret yang tercatat sebesar USD 1,24 miliar. Pada bulan April 2023, ekspor Kota Batam tercatat sebesar USD 1,14 miliar. Jika dibandingkan secara kumulatif dari Januari hingga April, nilai ekspor Kota Batam tumbuh sebesar 11,07% (yoy).
Dibandingkan dengan tahun 2022, ekspor Kota Batam pada Januari hingga April mencapai USD 4,62 miliar. Sementara itu, pada tahun 2023, ekspor Kota Batam mencapai USD 5,14 miliar.
Sementara itu, nilai impor Kota Batam mengalami penurunan bulanan sebesar 17,05% (mtm). Pada April 2023, impor Kota Batam tercatat sebesar USD 1,04 miliar, sedangkan pada Maret, impor Kota Batam mencapai USD 1,26 miliar. Namun, secara kumulatif dari Januari hingga April, impor Kota Batam mengalami kenaikan sebesar 14,17% (yoy), yaitu dari USD 4,20 miliar pada tahun 2022 menjadi USD 4,80 miliar pada tahun 2023.
Baca juga: Penumpang Angkutan Udara di Batam Meningkat
Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi, menegaskan komitmennya untuk terus mendorong modernisasi infrastruktur pelabuhan dan jalan di Kota Batam. Khususnya, pelabuhan Batu Ampar dan pembangunan infrastruktur jalan agar dapat memperlancar arus logistik di Kota Batam dalam mendukung kegiatan ekspor dan impor.
Pelabuhan Batu Ampar sudah beroperasi selama puluhan tahun, namun baru pada tahun lalu mulai menggunakan peralatan konvensional crane manual. Oleh karena itu, di bawah kepemimpinannya, ia berkeinginan agar Pelabuhan Batu Ampar menggunakan teknologi terkini, termasuk satu unit ship to shore (STS) crane, untuk mempercepat layanan bongkar muat peti kemas di pelabuhan tersebut.
Dengan adanya STS Crane yang telah hadir di Pelabuhan Batu Ampar, diharapkan proses bongkar muat barang dari kapal ke darat dapat dilakukan lebih cepat. Dalam waktu 1 jam, STS Crane ini dapat melakukan aktivitas bongkar muat sebanyak 35 kontainer.
“Dalam waktu kurang dari 2 menit, satu kontainer sudah dapat dipindahkan ke darat. Alat ini dapat mengatasi banyak masalah di sini. Tentu saja, jika ini berjalan dengan baik, kami harapkan dapat menambah lagi tahun depan,” ujarnya.
Selain itu, area container yard juga telah dibangun dengan luas target 20 hektar. Hal ini akan mempercepat Batam dalam menjadi pusat logistik. Dengan kata lain, saat ini Batam sudah siap menjadi tempat penitipan kontainer bagi siapa pun.
“Setelah dititipkan di Batam, kontainer dapat dibawa keluar tanpa proses tambahan, karena Batam merupakan Kawasan Bebas. Sebagai kawasan perdagangan bebas, barang apa pun dapat masuk ke sini. Pada saat ini, kontainer mungkin hanya dibutuhkan oleh penduduk atau masyarakat Kota Batam, namun di masa depan Batam akan menjadi pusat logistik untuk negara atau daerah lain di Indonesia,” tegasnya.
Jika Batam sudah menjadi Hub Logistik, maka target yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dapat terwujud. Jika keseluruhan berjalan dengan baik, pemilik barang akan berlomba-lomba untuk menitipkan barangnya di Batam. Hal yang sama akan berlaku juga di Bandara Hang Nadim yang terus ditingkatkan.
“Sehingga tidak akan ada hambatan karena waktu yang terlalu lama. Ini adalah awal, dan kami akan terus menambahkannya. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kita, kami hanya bisa berusaha, tapi Allah yang menentukan hasil usaha kita,” tambahnya.