EDISI.CO, BATAM– Warga Pulau Rempang terus menolak rencana penggusuran dengan alasan Program Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Mereka terus bertahan dengan menolak dan dengan aksi dalam rupa pernyataan sikap yang sering mereka sampaikan.
Di momen peletakan batu pertama rumah contoh untuk warga di Tanjung Banon pada Rabu (10/1/2024), mereka juga bersuara, menolak rencana tersebut. Mereka rencananyan akan melakukan aksi di lokasi kegiatan, namun tidak dibenarkan masuk oleh petugas, sehingga pernyataan penolakan tersebut mereka lakukan di Simpang Dapur Enam, lokasi yang dilewati pejabat Forkopimda Kepri untuk kegiatan peletakan batu pertama tersebut.
Mereka menyatakan sikap di tengah hujan, sekitar pukul 11.00 WIB.
Sebelum itu, spanduk bertuliskan penolakan relokasi yang menjadi alat peraga, sempat diamankan, namun berhasil direbut kembali. Kejadian ini sempat menimbulkan ketegangan antara warga dan petugas, namun pernyataan sikap mereka tetap dilakukan.
Warga menolak segala bentuk relokasi maupun penggeseran; menolak pembangunan rumah contoh di Tanjug Banon; menolak pembentukan tim terpadu; dan menolak penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 78 tahun 2023.
Baca juga: Warga Rempang Menolak Penggusuran, BP Tetap Bangun Hunian di Tanjung Banon
“Kami bukan penjahat, kami hanya mempertahankan tanah nenek moyang kami,” kata salah satu warga di sela pernyataan aksi yang mereka lakukan.
Di jalan masuk menuju Kampung Tanjung Banon, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam memulai peletakan batu pertama bersama Forkopimda. Acara yang semula akan dilakukan di area pembangunan rumah contoh, dipindah ke panggung utama, karena hujan tak kunjung berhenti.
Ada empat rumah yang akan dibangun, dengan nilai kontrak sebesar Rp4 miliar.
Terkait dengan warga yang terus menyuarakan penolakan, Rudi mengatakan akan bekerja maksimal memberikan pengertian bahwa Rempang Eco City yang akan dibangun adalah untuk masyarakat.
“Kita akan berusaha semampu kita memberikan pengertian, ini semua untuk sodara kita,” kata Rudi.
Lebih lanjut, Rudi mengatakan pihaknya tidak lagi menggunakan kekuatan yang mungkin akan mengganggu psikologis masyarakat seperti yang terjadi pada 7 dan 11 September 2023 lalu.
“Kita berusaha persuasif buat masyarakat kita di sini.”
Terkait dengan warga yang hadir dalam kegiatan ini, Rudi menuturkan adalah warga Rempang, termasuk mereka yang sudah menempati hunian sementara atau setuju relokasi.