
Peserta Pelatihan Into The Climate Stories: Fight for the Future saat mendengarkan paparan dari pemateri-Edisi/ist.
EDISI.CO, BATAM– Mongabay Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Batam menggelar pelatihan menulis terkait isu lingkungan di Kota Batam. Kegiatan bertajuk Into The Climate Stories (ICS): Fight for the Future berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 1 sampai 3 Maret 2024.
Sebanyak 15 peserta terpilih mengikuti pelatihan yang berlangsung di sekretariat AJI Batam, Batam Kota, Batam ini. Mereka mayoritas adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kepulauan Riau (Kepri). Sisanya adalah jurnalis dan aktivis lingkungan. Diantaranya Pers Mahasiswa (Persma) Ibnu Sina Batam, Persma Paradigma Politeknik Batam, jurnalis di Batam, organisasi lingkungan Lamun Warior Bintan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Coral Universitas Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang.
Youth Outreach Officer Mongabay Indonesia, Lusia Arumingtyas, mengatakan pelatihan menulis ICS di Kota Batam menjadi yang kedua. Sebelumnya, Mongabay Indonesia mengadakan pelatihan serupa di Jakarta.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini mewadahi anak-anak muda di Batam peduli dan ikut menulis isu lingkungan,” kata Lusia saat membuka pelatihan pada Jumat (1/3/2024).
Dua sesi pelatihan di hari pertama, peserta medapatkan materi tentang isu lingkungan di Kota Batam yang disampaikan oleh Perkumpulan Akar Bhumi Indonesia. Founder Akar Bhumi Indonesia, Hendrik Hermawan, memaparkan rekam jejak gerakan organisasi lingkungan yang ia dan teman-temannya bangun.
Sebelum itu, Hendrik bernyanyi dan membacakan puisi. Nyanyian dan puisi yang juga berisi pesan-pesan kepedulian terhadap lingkungan.
Hendrik mengatakan Akar Bhumi Indonesia hadir dengan program edukasi, penanaman dan advokasi.
“Sudah banyak kegiatan yang dilakukan Akar Bhumi, kami melakukan pengawasan terhadap Mangrove di Kota Batam.”
Dalam geraknya melakukan advokasi, Akar Bhumi Indonesia sudah melaporkan kerusakan lingkungan di Batam sampai ke Komisi IV DPR RI. Setidaknya ada sebanyak 27 kerusakan lingkungan terjadi di Batam selama tiga tahun terakhir yang mereka laporkan.
“Yang paling banyak kerusakan lingkungan di pesisir, seperti perusakan mangrove dan lainnya,” katanya.
Dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang, Khodijah Ismail, hadir sebagai pemateri kedua. Ia menjelaskan aturan hukum di sektor kemaritiman. Salah satunya Peraturan Pemerintah (PP) 26 tahun 2023 tentang sedimentasi laut di Kepulauan Riau dan aturan Penangkapan Ikan Terukur.
Baca juga: Besok, 34 Terdakwa Kasus Rempang jalani Sidang Tuntutan di PN Batam
Pada prosesnya, Khodijah mengajak semua peserta untuk kritis. Melandaskan segala tindakan berdasarkan nurani dan menggunakan etika.
“Etika itu menjadi hal utama, termasuk ketika menulis,” katanya.
Pelatihan Menulis
Hari kedua dan ketiga, para peserta mendapat materi teknik penulisan isu lingkungan. Mulai fokus menemukan ide, menyusun rencana penulisan, reportase dan praktik penulisan.
Lusia memaparkan elemen jurnalisme untuk dipahami para pesrta. Elemen jurnalisme ini menjadi pijakan dalam melakukan produksi liputan. Mulai dari melakukan verifikasi, tujuan karya untuk kepentingan masyarakat dan pemahaman dasar lainnya.
Lusi juga mengajak para peserta untuk berani. Karena kerja jurnalistik berawal dari keberanian dan keingintahuan.
“Semua berawal dari tanda tanya yang ada di pikiran kita,” katanya.
Jurnalis Mongabay Indonesia, Yogi Eka Sahputra, mengajak semua peserta membangun daya kritis dalam menulis isu lingkungan. Keresahan atas temuan di lapangan menjadi laporan yang mampu menggerakkan pemegang kebijakan agar memberi fokus pada upaya menjaga dan memperbaiki lingkungan.
Yogi juga membimbing langsung para peserta dalam menyusun rencana peliputan. Rencana liputan ini nantinya akan dievalusi untuk kemudian dipertimbangkan mendapatkan dukungan dana peliputan dari Mongabay Indonesia.