Edisi/jatman.or.id
EDISI.CO, RAMADAN– Kisah Abu Thalhah yang mampu mengenyangkan puluhan tamunya hanya dengan sedikit roti yang menjadi hidangan terakhir mereka, rasanya menjadi hikmah yang bisa memberi manfaat bagi kita semua. Bagaimana keinginan memuliakan Rasulullah bersama para tamunya dengan apapun yang ia miliki, justru menghadirkan keajaiban yang luar biasa.
Kisah ini ada dalam Kitab Riyadhus Shalihin, seperti termuat dalam laman jatman.or.id berikut kisahnya:
Suatu ketika Abu Thalhah melihat suara Rasulullah yang sedang bercengkerama dengan tamu-tamunya. Rupanya, ia mendengar percakapan bahwa Rasulullah bersama orang-orang tersebut dalam keadaan lapar.
Kemudian Abu Thalhah pulang ke rumah untuk menemui istrinya mencari tahu apakah mereka memiliki sesuatu yang bisa dimakan. Ummu Sulaim lalu mengatakan hanya memiliki sisa-sisa roti gandum.
“Aku sudah memberikan sebagiannya untuk keledai, dan sebagiannya lagi masih kusimpan,” tuturnya.
Baca juga: Polisi Amankan 4 Motor Harley Davidson Bodong di Palembang
Karena sangat ingin memuliakan Rasulullah SAW bersama para tamunya, Abu Thalhah berinisiatif untuk menjamu mereka dengan apapun yang ia miliki. Segeralah ia kembali menemui Rasulullah yang pada saat itu sedang duduk di masjid bersama para tamunya.
Rasulullah kemudian bertanya, apakah ada yang mengutusnya untuk datang menemui Rasulullah SAW. Abu Thalhah mengiayakan. Demikian juga dengan pertanyaan lanjutan terkait dengan penyediaan makanan untuk Rasulullah dan rombongan.
Abu Thalhah kemudian mempersilakan Rasulullah beserta para tamunya untuk datang ke rumahnya. Rasulullah SAW kemudian mengajak tamu-tamunya itu untuk berdiri dan mengikuti Abu Thalhah menuju rumahnya.
Sesampainya Abu Thalhah di rumah, ia segera menemui istrinya dan mengabarkan bahwa Rasulullah dan rombongannya sudah datang dan menunggu di depan. Ummu Sulaim bergegas menyiapkan segala sesuatu yang bisa disuguhkan untuk memuliakan tamu-tamunya, meskipun ia hanya punya sedikit roti untuk diolah.
Tanpa berpikir panjang keduanya lalu menghadap Rasulullah dan mempersilahkannya masuk. Rasulullah tampak senang atas keramahan sang pemilik rumah.
Kemudian, Ummu Sulaim membuat suatu hidangan yang terbuat dari sisa roti dalam sebuah wadah. Setelah semuanya siap, Rasulullah mempersilakan sepuluh orang pertama masuk dan menikmati hidangan tersebut hingga mereka semua kenyang. Setelah kesepuluh orang itu selesai makan, mereka keluar dan mempersilakan sepuluh orang berikutnya untuk masuk dan makan.
Setelah kesepuluh orang berikutnya selesai mengenyangkan perut, mereka keluar dan Rasulullah memberikan giliran pada sepuluh orang lainnya. Begitu seterusnya hingga seluruh orang yang berjumlah 70 hingga 80 orang itu merasa kenyang semua.
Setelah semuanya selesai makan, rupanya masih ada yang tersisa untuk tuan rumah dan untuk dibagikan kepada tetangga-tetangganya.
Melihat adonan yang sedikit itu, rasanya tidak mungkin Abu Thalhah dan istrinya bisa memberi makan untuk 80 orang tamu. Namun karena keikhlasan yang dimiliki oleh keduanya serta disambut oleh keridlaan dari Rasulullah, maka Allah memberikan keberkahan bagi keduanya dan tamu-tamunya. Sehingga sesuatu yang tampak mustahil menjadi amat mungkin terjadi.