EDISI.CO, INTERNASIONAL- Penulis kondang Turki Harun Yahya yang juga dikenal sebagai Adnan Oktar divonis pengadilan dengan hukuman penjara selama 8.658 tahun karena terbukti melakukan tindak kriminal berbentuk pelecehan seksual hingga pemerasan.
Yahya yang juga seorang pendakwah muslim dan pemimpin sekte seks awalnya telah divonis hukuman penjara selama 1.075 tahun pada 2021 lalu.
Baca juga: Business Matching Indonesia-Singapura Digelar di Batam
Yahya kala itu dijatuhi hukuman penjara karena melakukan kejahatan pelecehan seksual anak di bawah umur, penipuan, dan upaya spionase politik dan militer.
Bahkan beberapa korban berusia 7 hingga 17 tahun mengungkap jika mereka pernah diperkosa Yahya berkali-kali.
Baca juga: Sosok Xi Jinping di Mata Joe Biden dan Perang Dingin AS vs China
Saat itu dia dihukum bersama 236 tersangka anggota atau pendukung sekte yang didirikannya. Namun hukuman itu dibatalkan pengadilan Turki karena alasan prosedural, dikutip dari South China Morning Post, Minggu (20/11).
Kantor berita Anadolu melaporkan vonis yang dijatuhkan kemarin sudah termasuk hukuman 891 tahun karena kejahatan yang dilakukannya.
Sebelumnya pria berusia 66 tahun itu menjadi terkenal di Turki pada 1990-an ketika dia menjadi pemimpin sekte yang terlibat berbagai skandal seks. Dia juga semakin terkenal melalui acara televisinya sendiri yang mengudara dalam saluran televisi A9 online pada 2011.
Karena ajarannya dianggap sesat, berbagai kecaman pun datang dari pemimpin-pemimpin agama di Turki.
Dalam siaran acaranya, Yahya sering terlihat duduk dikelilingi oleh wanita-wanita muda yang disebutnya sebagai ‘kittens’ atau anak kucing.
Wanita-wanita itu sering mengungkapkan rasa cinta mereka kepada Yahya. Sembari mengenakan pakaian terbuka, wanita-wanita itu menemani Yahya menyampaikan pendapatnya mengenai masalah agama dan politik melalui acara televisinya.
Namun pada 2018 lalu, Yahya dan ratusan pengikutnya ditangkap setelah pihak berwenang Turki menggerebek villa tempat mereka singgah.
Berdasarkan penyelidikan, Yahya terbukti menjalankan jaringan kriminal berkedok sekte Islam yang melakukan kampanye anti evolusi internasional melalui berbagai penerbit dan media.
Dalam pemeriksaan polisi, Yahya kerap memberikan penjelasan yang tidak sesuai dengan hukum-hukum agama Islam. Bahkan Yahya menyatakan jika bikini jilbab adalah pakaian Islami dan vodka adalah minuman halal.
Yahya juga menjelaskan jika dia dan pengikutnya tidak melakukan salat lima waktu, melainkan hanya dua kali saja dalam satu hari.
Dalam pemeriksaan, Yahya juga mengungkap dirinya adalah pendukung Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
“Dia (Yahya) menyuruh para perempuan pengikutnya yang disebut ‘anak kucing’ untuk membawa bendera Turki ke jalan-jalan setelah peristiwa kudeta militer yang gagal pada 2016 sebagai bentuk dukungan terhadap Erdogan,” lapor kantor berita Hurriyet Daily News.
Meski terbukti melakukan tindak kriminal, namun Yahya menolak semua tuduhan itu. Yahya juga mengutarakan jika dia direkayasa.
Buku-buku tulisannya seperti Atlas of Creation beredar sampai ke Eropa. Bahkan pada 2020, buku itu terlihat di rak buku Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde saat dia berbicara pada pertemuan daring tentang pandemi.
Yahya sendiri diketahui telah membagi-bagikan buku-bukunya secara gratis kepada politisi, jurnalis, dan sekolah-sekolah di dunia. Karena pengaruh buruk, buku itu dilarang beredar di sekolah oleh Kementerian Pendidikan Prancis.