EDISI.CO, INTERNASIONAL- Menteri Luar Negeri Korea Utara, Choe Son-hui menyatakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres hanyalah boneka Amerika Serikat (AS).
“Saya sering menganggap sekretaris jenderal PBB sebagai anggota Gedung Putih AS atau Departemen Luar Negerinya,” ujar Choe, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (24/11).
Baca juga: AS Gencar Produksi Senjata Hipersonik untuk Kejar Rusia dan China
“Saya menyatakan penyesalan yang mendalam atas fakta bahwa Sekjen PBB telah mengambil sikap yang sangat tercela, mengabaikan tujuan dan prinsip Piagam PBB dan misinya yang tepat yaitu menjaga ketidakberpihakan, objektivitas dan kesetaraan dalam segala hal, ini jelas membuktikan bahwa dia (Guterres) adalah boneka AS,” lanjutnya.
Choe pun kesal karena selama ini yang selalu disalahkan adalah Korea Utara dan bukan AS yang baginya adalah negara yang menciptakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Baca juga: Zakir Naik, Ulama Kontroversial India Bakal Isi Pengajian di Qatar Selama Piala Dunia
Pernyataan itu dilontarkan Choe tidak lama setelah Guterres dan AS bersama-sama mengecam uji coba rudal balistik antar benua yang dilakukan Korea Utara Jumat lalu. Bukan hanya Guterres dan AS, tetapi negara-negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat) bersama Uni Eropa juga mengecam uji coba rudal itu.
Selain mengecam uji coba rudal, Guterres juga meminta agar Korea Utara segera berhenti mengambil tindakan provokatif lebih lanjut.
Uji coba rudal itu membuat Jepang mendorong Dewan Keamanan PBB segera melakukan pertemuan darurat membahas uji coba rudal Korea Utara. Hingga kini belum diketahui apakah Korea Utara akan dikenakan sanksi atau tidak mengingat ada China dan Rusia sebagai negara tetap DK PBB yang memiliki hak veto.
Menurut ahli, peluncuran rudal Jumat lalu adalah uji coba rudal demi meningkatkan kemampuan nuklir Korea Utara dan meningkatkan pengaruhnya pada diplomasi.
Peluncuran rudal Hwasong-17 yang diamati langsung Kim Jong-un itu dikatakan Korea Utara sebagai “senjata yang dapat diandalkan dan berkapasitas maksimum” untuk menahan ancaman militer AS. Namun para ahli mengungkap rudal itu masih dalam tahap pengembangan.
Sebelumnya Korea Utara mengatakan berbagai uji coba rudal yang dilakukannya adalah peringatan bagi AS dan Korea Selatan atas latihan militer gabungan mereka meski dua negara itu menyatakan latihan mereka bersifat defensif (untuk pertahanan).
Hal senada juga diungkapkan Choe. Baginya, uji coba rudal balistik adalah hak membela diri yang sah dan adil terhadap latihan perang nuklir provokatif oleh AS dan sekutunya.