EDISI.CO, YOGYAKARTA– KH. Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, akan ambil bagian dalam festival budaya dan pameran seni rupa di Fakultas Ilmu Budaya dalam rangka memeriahkan kegiatan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM) ke-74.
Hal itu disampaikan langsung oleh Gus Mus saat menerima kunjungan Rektor UGM, Ova Emilia, di kediamannya, di Rembang, Jawa Tengah pada Kamis, (18/5). Pada kunjungan tersebut, Ova didampingi oleh Ketua Dewan Guru Besar, Moch. Maksum, beberapa pejabat Dekan di lingkungan UGM, ketua takmir Masjid Mardliyyah Islamic Center UGM, Achmad Munjid dan anggota takmir Masjid Kampus UGM.
Gus Mus mengaku bersedia untuk ikut berpartisipasi, namun dirinya tidak ingin keikutsertaannya dikemas dalam bentuk pameran tunggal. Sebaliknya ia ingin panitia mengikutsertakan seniman lainnya dan kurator seni.
“Harus ada kurator. Kalau pameran tunggal, saya nggak pede. Kalau pameran Gus Mus bersama keluarga, kan ada anak, cucu, dan santri. Kalau sendiri nggak pede,” jelasnya seperti termuat dalam laman ugm.ac.id.
Selain mengundang Gus Mus dalam Festival Budaya dan Pameran Seni Rupa, maksud tujuan dari rombongan dari UGM ke kediamannya untuk menjalin silaturahmi serta saling bertukar ide dan gagasan dalam pengembangan masjid kampus UGM dan masjid Mardliyyah Islamic Center.
“Saya kira ini silaturahmi yang sangat berharga karena dari tausyiah Gus Mus maka Mardliyyah nantinya semakin ramah, semakin inklusif, dan semakin mencair melalui pengelolaan bersama dari tingkat universitas, fakultas hingga pusat studi,” ujarnya.
Baca juga: Menjaga Laut Timor dan Arafura lewat Operasi GANNET-7
Melalui pengelolaan bersama dengan cara memilih anggota takmir masjid melibatkan unsur di semua stakeholder di UGM ini bagi Maksum diharapkan para pengurus masjid nantinya tidak ada lagi memiliki paham yang menjurus ke arah radikalisme.
“Sekarang ini dengan teman takmir yang ada ini, tidak ada lagi pola komunikasi yang kurang baik. Kita harapkan bibit (radikalisme) tidak akan tumbuh,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Mus juga menilai UGM tetap fokus dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak harus ikut direpotkan untuk berkontribusi dalam pengembangan pendidikan dan pembangunan di lingkungan pondok pesantren. Menurutnya sudah banyak para santri yang alumnus dari pondok pesantren melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi seperti di UGM.
“Tugas memberi bekal ilmu pengetahuan bagi para santri itu sudah cukup karena santri tidak hanya mereka yang masih di pesantren saja. Namun, yang alumni dan orang tua santri adalah masyarakat pesantren juga. Jika mereka dididik dengan baik di UGM, lalu di masyarakat akan menjadi santri yang bermanfaat,” ujarnya dalam tulisan yang dibuat oleh Gusti Grehenson ini.
Bagi Gus Mus, di pesantren para santri terbatas hanya mendapat bekal ilmu agama, namun di jenjang perguruan tinggi ia akan mendapat pengetahuan yang lebih luas. “Di pesantren terbatas ilmu agama saja, namun di perguruan tinggi mereka mendapat ilmu yang bermanfaat. Makanya saya sering mengatakan jangan berhenti untuk belajar. Belajarlah di sepanjang hidup kita,” katanya.